Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Jokowi dan "Corona End Game"

Kompas.com - 24/07/2021, 14:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di luar Covid, siapa yang menyangka banjir bandang bisa terjadi di Jerman, Belanda, Belgia dan China ? Siapa yang mengira, ada ratusan warga menjadi korban banjir di Jerman.

Kekurangan yang terjadi di era Jokowi lebih kepada kelemahan konsolidasi dan koordinasi rentang kendali kepemimpinan.

Ibarat dirigen orkestra, masih ada suara sumbang dari pemain violin, ada yang salah memainkan bas, ada yang terlalu keras membetot gitar dan lain-lain.

Persoalan kekurangan pasokan oksigen misalnya seharusnya tidak boleh terjadi jika berkaca kepada pengalaman India.

Wabah Covid varian delta memang terjadi pada Juni 2021, tetapi Covid sendiri mulai terdeteksi di Maret 2020.

Sama dengan kelangkaan masker dan alat pelindung diri (APD) yang susah dicari di awal pandemi, setidaknya pasokan oksigen bisa berkaca kepada pengalaman ini.

Kementerian perindustrian dan BUMN harusnya tanggap dan menyiapkan skema ketersediaan di semua lini.

Kisah miris seorang warga Pontianak yang harus kehilangan nyawa ibunya yang tengah isolasi mandiri di rumah karena lama antre pengisian tabung oksigen (Kompas.com, 23 Juli 2021) adalah contoh fenomena kelangkaan oksigen yang juga terjadi di beberapa daerah.

Baca juga: Tangisan Shiri di Ujung Antrean Oksigen: Sudah Terlambat, Ibu Saya Sudah Meninggal

Masih rendahnya pelaksanaan vaksinasi, kekosongan obat dan vitamin di pasaran setidaknya menteri kesehatan harus lebih memacu kinerja jajarannya untuk meastikan ketersediannya.

Aksi peninjauan Presiden Jokowi ke sebuah apotik di Bogor, Jawa Barat (Kompas.com, 24/07/2021) harus ada tindak lanjutnya di tataran teknis agar kejadian kelangkaan obat dan vitamin tidak terjadi lagi.

Baca juga: Saat Jokowi Cari Obat Covid-19 di Sebuah Apotek tapi Tak Tersedia...

 

Silang sengkarut di Kementerian Pendidikan dan Ristek soal 3.500 dokter yang baru lulus tetapi tidak bisa dilibatkan dalam penanganan covid karena terkendala uji kompetensi, seharusnya tidak boleh terjadi (Kompas.com, 16/07/2021).

Baca juga: IDI: 3.500 Calon Dokter Tak Bisa Bantu Tangani Pandemi karena Terhambat Aturan Ditjen Dikti

 

Keadaan kegentingan di pelayanan kesehatan harusnya bisa menjadi bahan pertimbangan untuk tidak mengedepankan persoalan formal birokrasi.

Pola kerja cepat Jokowi kerap tidak bisa diimplementasikan dengan baik oleh jajaran anak buahnya.

Jokowi seharusnya tidak tersandera dengan berbagai kepentingan politis yang ada di belakangnya.

Tidak ada beban politis lagi karena periode kedua ini adalah periode terakhir kepemimpinannya.

Periodesasi kepemimpinan harus diselesaikan sesuai konstitusi. Jokowi harusnya bertindak sebagai montir di bengkel kendaraan, jika ada spareparts yang aus, sebaiknya diganti dengan sukucadang yang baru.

Jika ada pembantunya yang tidak bisa diajak “berlari cepat” maka dia harus segera bertindak mencari sprinter baru. Kepemimpinan harus meninggalkan legacy, demikian juga yang harus dilakukan Joko Widodo.

“Pemimpin yang efektif bukan soal pintar berpidato dan mencitrakan diri agar disukai. Kepemimpinan tergambar dari hasil kerjanya, bukan atribut-atributnya." (Peter F. Drucker).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com