JAKARTA, KOMPAS.com - Pasien yang tutup usia setelah terpapar Covid-19 pada Jumat (23/7/2021) tercatat 1.566 kasus dalam kurun waktu 24 jam terakhir.
Angka ini merupakan penambahan kasus kematian harian tertinggi selama pandemi melanda Indonesia.
Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, tingginya kasus kematian ini akibat masih lemahnya pelaksanaan pemeriksaan Covid-19 (testing), sehingga penemuan kasus sedini mungkin gagal dilakukan.
"Testing atau menemukan kasus secepatnya, seawal itu ya yang gagal, tidak berhasil. Sehingga terjadi kasus infeksi yang tidak terkendali, yang tidak terdeteksi, yang akhirnya merambah pada orang berisiko tinggi itu, yang akhirnya menyebabkan dia (alami gejala) parah dan tidak tertangani. Terlambat terdeteksi sehingga menyebabkan kematian," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/7/2021).
Baca juga: UPDATE: Indonesia Catat Angka Kematian Covid-19 Tertinggi, Bertambah 1.566
Dicky mengatakan, semakin banyak kasus positif Covid-19 yang tidak terdeteksi lebih cepat, maka akan semakin banyak pula warga yang terpapar khususnya kelompok rentan.
Oleh karenanya, ia mengatakan, pemahaman terhadap pelaksanaan testing harus diubah bahwa testing dan pelacakan kontak erat (tracing) adalah upaya menemukan kasus, bukan untuk menciptakan kasus.
"Karena dengan penemuan kasus secara cepat dan juga maksimal, ini akan bisa ditindaklanjuti dengan tracing yang optimal 80 persen dan isolasi atau karantina yang efektif sehingga penambahan eksponensial covid-19 ini bisa kita hentikan," ujarnya.
Baca juga: Kasus Kematian Covid-19 yang Selalu di Atas 1.000...
Lebih lanjut, Dicky mengatakan, pola strategi testing yang dilakukan pemerintah harus lebih aktif serta menanggung biaya pemeriksaan Covid-19.
Sementara itu, peran dan dukungan masyarakat sangat dibutuhkan agar 3T berjalan dengan baik dan meningkat.
"Di sini ada simbiosis lah, saling mendukung, masyarakat membatasi kecuali yang memang enggak bisa, tidak harus keluar rumah ya itu lakukanlah, dan prokes dengan kuat, ketat dan disiplin," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.