“Sebagaimana kita ketahui bersama, bangsa kita hari ini defisit negarawan. Jokowi akan menjadi negarawan jika tetap memegang teguh sikapnya untuk cukup dua periode saja.”
Menurut Cak Nanto, jika itu mampu dilaksankan, sesungguhnya Jokowi sedang juga memberikan pendidikan politik adi luhung.
“Ini sebuah legasi,” ucapnya.
Kemudian ia membuat sebuah refleksi masa lalu.
“Tentu kita ingat era Soeharto. Dulu ada pameo, tidak ada yang lebih baik dari Pak Harto. Kalau Pak Harto diganti belum tentu penggantinya bisa lebih baik,” ujar dia.
Soeharto berkuasa 32 tahun.
“Demokrasi mati. Fundamental ekonomi rapuh. Oligarki dan KKN tumbuh subur. Mereka yang kaya adalah yang ada di lingkaran Pak Harto,” ucapnya.
“Pada gilirannya mereka yang mendorong Pak Harto terus berkuasa, mereka pula yang akhirnya menjatuhkannya,” ungkap Cak Nanto.
“Pada lembar sejarah lain, ada pendidikan tertinggi nilai demokrasi yang dicontohkan oleh seorang Gus Dur,” kata Cak Nanto penuh khidmat dan hormat.
Dengan kalimat indah ia berkata, “Bagaimana seorang presiden keluar dari istana dengan celana pendek untuk menjadi rakyat biasa.”
“Seorang egaliter yang legowo dan menempatkan konstitusi di atas hasrat diri. Bahkan ketika tuduhan terhadap beliau akhirnya menjadi fitnah belaka. Beliau tidak pernah menyalahkan siapa-siapa. Santai saja, tidak demo bawa massa.”
“Pendidikan politik ala Gus Dur ini memberi kita contoh bahwa seorang negarawan itu harus siap menerima dan melepaskan apa pun yang terjadi. Hukum dan undang-undang tetap ditempatkan secara terhormat sebagai sumber penyelesaian masalah politik.”
Sama dengan sekarang era Jokowi. Ada yang mengatakan lebih baik Jokowi daripada yang lain. Itu kata Cak Nanto.
“Yang menginginkan Jokowi terus lanjut periode ketiga adalah mereka yang ada di lingkaran kekuasaannya. Jokowi menolak, tapi mereka terus berwacana. Mengapa? Karena pendidikan politik ala Soeharto lebih populer ketimbang pendidikan politik ala Gus Dur. Wallahualam Bissawab,” tegas Cak Nanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.