JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Advokasi HAM Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Andi Rezaldi, menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah kehilangan fokus terhadap penanganan kasus-kasus korupsi besar.
Ia juga menganggap KPK makin jauh dari rakyat.
Pernyataan ini menanggapi langkah KPK yang melaporkan aksi penembakan sinar laser ke gedung "Merah Putih" pada 28 Juni 2021 ke Polres Jakarta Selatan.
"Hal ini menunjukkan perubahan KPK dan pimpinannya yang semakin jauh dari rakyat. Semakin hilang fokus dan kemampuan dari mengungkap korupsi-korupsi besar menjadi mempidanakan rakyat yang berusaha menjaga KPK," kata Rizaldi dalam keterangannya, Rabu (21/7/2021).
Baca juga: KPK Sikapi Aksi Tembak Laser, Sempat Apresiasi, Akhirnya Melapor ke Polisi
Menurut dia, pelaporan dan upaya pemidanaan terhadap aksi di gedung KPK ini baru pertama kali terjadi.
Rizaldi pun berpendapat, kejadian ini menjadi sebuah rangkaian nyata bahwa pimpinan KPK memang mendukung pelemahan lembaga antirasuah itu.
"Ini menjadi rangkaian nyata pelemahan KPK setelah sebelumnya revisi UU KPK, serangan kepada pegawai-pegawai KPK, penyingkiran melalui tes wawasan kebangsaan ilegal dan lainnya," ucapnya.
Diberitakan, Pelaksana Tugas Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ali Fikri membenarkan, KPK melalui Biro Umum KPK melaporkan aksi penembakan sinar laser ke gedung "Merah Putih" pada 28 Juni 2021 ke Polres Jakarta Selatan.
"Pelaporan tersebut karena kami menilai telah ada potensi kesengajaan melakukan gangguan ketertiban dan kenyamanan operasional perkantoran KPK sebagai obyek vital nasional yang dilakukan oleh pihak eksternal dimaksud," kata Ali, Senin (19/7/2021).
Baca juga: Tindakan KPK Laporkan Aksi Tembakan Laser Dinilai Otoriter dan Anti-kritik
Penembakan dengan sinar laser yang dimaksud merupakan aksi kritik dari masyarakat sipil yang tergabung dalam gerakan #BersihkanIndonesia.
Pada Senin, 28 Juni 2021 malam, mereka melakukan video mapping ke Gedung KPK dengan sejumlah tulisan yang berpindah-pindah ke beberapa sisi bangunan tersebut. Tulisan yang mereka gunakan di antaranya ”Berani Jujur, Pecat!”, ”Mosi Tidak Percaya”, ”#SaveKPK”, ”Rakyat Sudah Mual”, dan ”Reformasi Habis Dikorupsi”.
Koordinator gerakan #BersihIndonesia dari Greenpeace Indonesia Asep Komarudin mengatakan, aksi tersebut merupakan kritik atas upaya pelemahan KPK yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Mulai dari revisi Undang-Undang KPK pada 2019 yang terus dilakukan meski mendapatkan penolakan masyarakat hingga polemik tes wawasan kebangsaan yang berujung pada pemberhentian 51 pegawai terbaik KPK.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.