Dalam iklan politik satu halaman penuh tersebut, Puan Maharani menggemakan tiga pesan kunci, yaitu "jaga iman, jaga imun, dan InsyaAllah aman". Ketiga pesan itu kemudian ditutup dengan kata "aamiin".
Dua sajian pesan berbeda merupakan bentuk komunikasi politik yang berupaya mengurai kerumitan situasi yang tengah dihadapi pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Sisi menariknya, pesan di iklan dan baliho memiliki kesamaan, yakni mengedepankan nuansa persuasi.
Dalam tahapan berpolitik, pesan-pesan bernuansa persuasif lazim disampaikan oleh tokoh politik yang memiliki power serta otoritas.
Power dalam konteks politik didefinisikan sebagai kapasitas seorang individu untuk memengaruhi tindakan, keyakinan, atau perilaku orang lain.
Selaku Ketua DPR, mbak Puan tengah menunjukkan kapasitasnya untuk mengajak masyarakat Indonesia mematuhi protokol kesehatan.
Hal ini terbaca jelas dalam iklan politik yang menyertakan tagar #TaatiProkes.
Sementara itu, pada baliho yang menyajikan narasi "Kepak Sayap Kebhinekaan", Puan Maharani secara implisit mengingatkan pentingnya menerima kebhinekaan yang sudah menjadi kodrat bagi bangsa Indonesia.
Namun, harus diakui, kebhinekaan di Nusantara selalu menyuguhkan dua tafsir yang berlawanan.
Pada satu sisi, kebhinekaan dalam wujud perbedaan suku, agama, ras, dan antaretnis menjadi modal kekayaan bangsa ini. Di lain sisi, kebhinekaan bisa menjadi biang perpecahan antaranak bangsa.
Di antara dua tafsir yang saling bertolak belakang itulah, Puan Maharani kembali menegaskan perannya untuk menjaga kebhinekaan sebagai karunia serta modal bagi bangsa ini dalam menatap perubahan.
Merujuk pada Maswadi Rauf (1993), narasi pesan "Kepak Sayap Kebhinekaan" bisa diartikan sebagai penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain.
Pancasila, kebhinekaan, dan nasionalisme merupakan pesan-pesan kunci yang selama ini kerap disampaikan para aktor politik dari beragam partai politik (parpol).
Bagi Puan Maharani, pesan kunci tersebut punya ikatan emosional karena ketiganya dirumuskan langsung oleh Soekarno yang tak lain adalah kakeknya.
Pesan iklan politik Puan Maharani dengan narasi "jaga iman, jaga imun, dan Insya Allah aman" menemukan kontekstualitasnya pada saat disandingkan dengan narasi "Kepak Sayap Kebhinekaan".