JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, pengaruh media sosial saat ini menjadi tantangan pemerintah dalam menangani perbedaan pandangan agama.
Hal tersebut disampaikan Yaqut saat menggelar pertemuan daring dengan Duta Besar (Dubes) Singapura Anil Kumar Nayar, Selasa (13/7/2021) lalu.
Menurut Yaqut, pemerintah tidak bisa mengontrol sepenuhnya informasi-informasi yang diterima masyakarat melalui media sosial.
Baca juga: Menag Ajak Tokoh Agama dan Pemimpin Rumah Ibadah Jadi Pelopor Pencegahan Covid-19
"Pengaruh media sosial belakangan ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, khususnya Kementerian Agama dalam menangani masalah perbedaan pandangan agama," kata Yaqut.
Yaqut mengakui bahwa arus perkembangan informasi melalui media digital belakangan ini sangat luar biasa.
Oleh karena itu agar umat tidak terpecah-belah dengan berbagai perbedaan pandangan, Kemeneg pun melakukan komunikasi intens dengan para pemuka agama.
Tujuannya, kata dia, agar para pemuka agama dapat mengkomunikasikan ke jemaahnya soal perbedaan yang menjadi kelebihan Indonesia.
"Bukan sesuatu yang harus diperdebatkan. Selain itu, pemerintah mencoba beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan keagamaan yang dilakukan umat-umat beragama di Indonesia," ujar dia.
Lebih lanjut Yaqut mengatakan, selama ini Indonesia sudah menganut asas gotong royong.
Kebiasaan beragama di Indonesia, kata dia, banyak mengalami penyesuaian dengan kultur dan budaya Tanah Air sehingga mampu beradaptasi dengan baik.
Namun, kata dia, Indonesia juga diakuinya masih harus belajar dari Singapura tentang banyak hal agar kehidupan masyarakatnya lebih sejahtera.
Pada kesempatan itu, Singapura memuji penanganan perbedaan pandangan keagamaaan di Indonesia.
Dubes Anil mengatakan, Singapura banyak belajar tentang penanganan perbedaan pandangan keagamaan di Indonesia yang selama ini berjalan dengan baik.
Baca juga: 2 Pemuda di Bekasi Tertabrak Truk Saat Bikin Konten Medsos , 1 Tewas dan 1 Kritis
"Kami melihat, Indonesia banyak melakukan pendekatan-pendekatan persuasif yang sepertinya efektif untuk permasalahan pluralisme dengan jumlah penduduk yang lumayan padat dan wilayah yang cukup luas," kata Anil.
Anil mengatakan, Singapura juga ingin belajar pada Indonesia bagaimana pendekatan-pendekatan yang dilakukan tersebut dapat merangkul seluruh masyarakat.
Terutama para pemuda dan pemudi bangsa agar dapat melakukan kegiatan bersama-sama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.