Munas Kadin jadi klaster baru
Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman, menyatakan bahwa Munas Kadin dapat disebut sebagai klaster.
Dia menjelaskan, suatu wilayah atau suatu acara bisa disebut menjadi klaster baru penularan Covid-19 jika ada lebih dari dua orang yang telah dinyatakan positif Covid-19 yang berasal dari wilayah atau acara tersebut.
"Namanya klaster itu adanya lebih dari dua. Sepertinya secara umum banyak negara memberi definisinya setidaknya lebih dari dua kasus infeksi yang ketika dilakukan tracing itu mengarah menuju pada satu tempat dan waktu yang sama. Itu jadi klaster," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/7/2021).
Baca juga: Prabowo Ajak Masyarakat Kurangi Mobilitas di Tengah Pandemi Covid-19
Hal yang sama juga diungkap oleh epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu saat dihubungi Kompas.id. Terdeteksinya sejumlah peserta Munas Kadin yang terpapar Covid-19 hingga adanya peserta yang meninggal menjadikan acara ini sebagai klaster baru penyebaran virus Corona.
"Kalau menurut saya, ini sudah jadi klaster Munas Kadin karena jumlahnya bukan satu-dua orang lagi. Kita tidak tahu siapa yang pernah bersentuhan dengan pasien positif, mulai dari bandara, kendaraan, tempat makan, hingga saat tiba di hotel," kata dia.
Oleh karena itu, kata Ramadhan, pemerintah daerah harus melacak dan menelusuri kontak erat para pasien positif Covid-19, khususnya peserta Munas Kadin. Dengan begitu, penularan sekaligus pencegahan bisa dilakukan sejak dini.
Pemda juga perlu melakukan tes whole genome sequencing (WGS) untuk mengetahui jenis dan varian virus. Sebab dikhawatirkan adanya virus Corona varian baru di Kendari.
Baca juga: Munas Kadin yang Tetap Digelar, Meski Kendari Zona Oranye Covid-19...
Hal ini dikarenakan mereka yang diketahui positif merupakan pendatang dari luar, khususnya Jakarta, tempat varian baru menyebar luas.
"Sejak awal kita sudah memperingatkan, kluster Munas bisa terjadi dalam dua pekan. Terbukti sekarang sampai ada yang meninggal. Pemerintah terkesan membiarkan hal ini terjadi, bahkan mengutak-atik data," kata Ramadhan.
Saat dikonfirmasi ke Kementerian Kesehatan terkait hal ini, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengaku belum mengetahuinya.
"Belum dapat info tentang ini yaa. Kami tidak ada laporan ini ya," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/7/2021).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.