JAKARTA, KOMPAS.com - Angka kematian pasien Covid-19 saat isolasi mandiri di Indonesia sangat mengkhawatirkan di saat kasus semakin melonjak.
LaporCovid-19 melaporkan, berdasarkan hasil penelusuran di media sosial Twitter, laporan warga, dan berita online, tercatat ada 265 kasus kematian di luar fasilitas kesehatan (fasyankes) selama bulan Juni hingga 2 Juli 2021.
Perwakilan LaporCovid-19 Said Faris Hibban mengatakan, ratusan pasien yang meninggal dalam kondisi isolasi di rumah sambil menunggu antrean IGD di rumah sakit dan berupaya mencari fasilitas kesehatan.
Baca juga: Laporcovid-19: 265 Pasien Covid-19 Meninggal Saat Isolasi Mandiri Selama Juni-Juli 2021
Sebanyak 265 kasus kematian tersebut tersebar di 47 kota/kabupaten dari 10 provinsi, yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung, Kepulauan Riau, Riau, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Provinsi yang cukup banyak mengalami kematian di luar RS adalah Jawa Barat sejumlah 97 kematian dari 11 kota/kabupaten.
"Temuan provinsi dengan sebaran terbanyak yakni ada di Jawa Tengah yang kejadiannya muncul di 12 kota/kabupaten," ujar Said dalam keterangan tertulis, Sabtu (3/7/2021).
Said mengatakan, data tersebut merupakan potret nyata kolapsnya rumah sakit yang menyebabkan pasien Covid-19 kesulitan mendapatkan layanan medis yang layak.
Baca juga: Panduan Isolasi Mandiri di Rumah bagi Pasien Covid-19 Tanpa dan Gejala Ringan
Selain itu, situasi ini diperparah oleh komunikasi risiko yang buruk, yang menyebabkan sebagian masyarakat menghindari untuk ke rumah sakit dan memilih isolasi mandiri.
"Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerintah abai dalam memenuhi hak atas kesehatan warganya di masa pandemi, seperti yang dijamin oleh Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan Nomor 6 Tahun 2018," ucapnya.
Lantas, bagaimana upaya pemerintah menangani pasien isolasi mandiri?
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, terus berupaya memperbaiki penanganan pasien Covid-19 meski dalam situasi sulit.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengakui, meski beberapa rumah sakit sudah melakukan konversi tempat tidur untuk perawatan pasien, namun antrean tetap terjadi.
"Kita terus berupaya memperbaiki walau saat ini memang situasinya sangat sulit, (antrean pasien) masih, karena jumlah pasien yang kecepatan penambahannya 3-4 kali lipat," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Baca juga: Banyak Pasien Meninggal Saat Isolasi Mandiri, Kemenkes: Kita Terus Perbaiki Penanganan
Selain itu, penambahan 21 tenda darurat di rumah sakit di DKI Jakarta.
"Baru ada Wisma Haji dan penambahan tenda darurat di 21 Rumah Sakit di DKI Jakarta," ujarnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa pihaknya menggandeng 11 layanan telemedicine atau konsultasi kesehatan secara virtual bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri.
Sebelas platform tersebut adalah Alodokter, Get Well, Good Doctor, Halodoc, Klik Dokter, Klik Go, Link Sehat, Milvik Dokter, Pro Sehat, SehatQ dan Yesdok.
Baca juga: Link 11 Telemedicine yang Layani Pasien Covid-19, Gratis Konsultasi Dokter dan Obat
Ia menjelaskan, layanan telemedicine tersebut tidak hanya berupa konsultasi dengan dokter, namun, pasien juga akan dikirimkan paket obat secara gratis.
Paket obat tersebut terdiri dari Multivitamin (C,B,E,Zinc), Azitromisin 500 mg, Oseltamivir 75 mg, dan Parasetamol Tablet 500 mg.
"Semua ini diberikan secara gratis sebagai kontribusi dari 11 platform telemedicine dan obat-obatannya dilakukan juga dari Kementerian kesehatan. Semuanya akan dilakukan berbasis digital," ujar Budi dalam konferensi pers secara virtual, Senin.
Selain itu, Budi mengatakan, layanan tersebut juga terintegrasi dengan 742 laboratorium PCR di seluruh Indonesia sehingga pasien dapat melakukan pemeriksaan Covid-19.
Hal serupa juga dilakukan oleh Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) dengan meluncurkan program Isolasi Mandiri Terpantau (Isomantau).
Baca juga: MER-C Gagas Isomantau, Konsultasi Gratis Pasien Covid-19 Isolasi Mandiri
Dokter MER-C, Hadiki Habib mengatakan, pemantauan tersebut dilakukan secara berkelompok dan tidak tergantung individu.
Hadiki mengatakan, Covid-19 bukan penyakit yang dalam tujuh hari bisa sembuh. Penyakit tersebut, kata dia, gejalanya bisa berhari-hari bahkan bisa lebih dari dua pekan.
Hadiki menyebutkan, program konsultasi ini dilakukan dengan proses telemdicine secara gratis, baik menggunakan telepon, Whats App, Zoom, maupun aplikasi-aplikasi lainnya.
Masyarakat bisa mengontak nomor 0822 9922 5050 melalui aplikasi Whats App untuk informasi lebih lanjut.
Baca juga: Ini Cara Ikut Program Isomantau MER-C yang Bertujuan Cegah RS Overload
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengatakan, pihaknya mengalihfungsikan Asrama Haji Pondok Gede sebagai rumah sakit darurat Covid-19.
Budi mengatakan, asrama haji tersebut akan mulai difungsikan Rabu (7/7/2021).
"Akan ada 950 bed tambahan yang akan mulai beroperasi hari Rabu ini," kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin.
Budi mengatakan, sebanyak 900 tempat tidur diperuntukkan bagi pasien Covid-19 dengan gejala sedang dan 50 tempat tidur intensive care unit (ICU).
Baca juga: Asrama Haji Pondok Gede Akan Difungsikan Jadi RS Covid-19, Menkes: Ada Tambahan 950 Tempat Tidur
Selain itu, Budi menuturkan, pemerintah sudah menyiapkan tambahan sekitar 7.000 tempat tidur bagi pasien Covid-19 bergejala ringan atau orang tanpa gejala (OTG) di Rumah Susun Nagrak dan Rumah Susun Pasar Rumput.
"Kita sudah menambah 7.000 kamar isolasi untuk menampung orang yang positif tapi gejalanya ringan atau OTG dan tidak bisa isolasi mandiri," kata dia.
Kemudian, pemerintah telah mengonversi tiga rumah sakit pemerintah pusat, yakni RS Fatmawati, RS Persahabatan, dan RS Sulianti Saroso sebagai rumah sakit khusus Covid-19.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.