JAKARTA, KOMPAS.com - Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia menggagas program Isolasi Mandiri Terpantau (Isomantau) untuk membantu mengurangi lonjakan pasien di rumah sakit.
Ketua Tim Isomantau MER-C Tasykuru Rizqa mengatakan, program tersebut digagas mengingat kasus Covid-19 yang semakin meningkat.
"Salah satu upaya kami untuk mencegah overload-nya pasien-pasien yang seharusnya tidak dirawat di rumah sakit sehingga kami membuat program Isomantau di MER-C," kata Tasykuru dalam konferensi pers Isomantau MER-C secara daring, Senin (5/7/2021).
Ia menjelaskan, program Isomantau telah berjalan sejak 30 Juni 2021. Mereka yang bisa mengikuti program tersebut adalah pasien-pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang dibuktikan dengan bukti tes PCR atau antigen yang bergejala.
Mereka bisa mendaftar ke MER-C melalui nomor WhatsApp 082299225050.
Baca juga: MER-C Gagas Isomantau, Konsultasi Gratis Pasien Covid-19 Isolasi Mandiri
Apabila pasien sudah mendaftar, kata dia, nantinya akan ada dokter yang melakukan skrining, apakah pasien tersebut memang sesuai atau cocok untuk dilakukan Isomantau.
"Karena tidak semua pasien Covid-19 bisa dilakukan isoman. Faktor lain adalah kesiapan dari tempat tinggal pasien yang perlu dilihat," kata dia.
Bagi pasien layak isomantau, maka pasien akan di-follow up relawan medis MER-C menggunakan telemdicine dalam pemantauannya sehari-hari.
Kemudian, relawan medis pemantau akan memantau pasien tersebut dari sejak mendaftar sampai selesai isolasi.
"Jadi seperti mengunjungi pasien kalau di rumah sakit, tapi ini melalui telemdicine. Tapi ditanyakan setiap hari bagaimana kondisinya, apa yang dikeluhkan? Sudah dapat obat apa saja, dan lainnya. Nanti kami bisa memberi saran-saran medis," kata Tasykuru.
Menurut dia, dukungan psikososial terhadap pasien selama isolasi mandiri sangat diperlukan. Sebab terkadang para pasien ada yang panik dan cemas saat positif sehingga merasa harus ke rumah sakit.
Baca juga: Tetangga Tak Ada yang Berani, Polisi Ini Terpaksa Mandikan Jenazah Pasien Covid-19 Sendirian
Oleh karena itu, kata dia, dengan memberikan pendampingan selama isolasi mandiri di rumah sejak daftar hingga isolasi selesai, maka diharapkan pasien-pasien tidak bingung dan panik. Termasuk mengetahui apa yang harus dilakukan.
Dalam melaksanakan isomantau tersebut, kata dia, tetap diperlukan koordinasi dengan fasilitas kesehatan primer.
"Karena dalam perjalanan bisa saja pasien-pasien ini mengalami perburukan. Ini yang akan kita arahkan kalau kondisi seperti ini harus ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut," kata dia.
Dengan mengikuti isomantau, kata dia, maka pasien-pasien gejala ringan dan tanpa gejala bisa tetap di rumah.
Hal tersebut otomatis akan mengurangi jumlah pasien di rumah sakit terutama yang sebenarnya tidak perlu harus dirawat di rumah sakit.
Adapun saat ini sudah ada 171 pasien yang mendaftar dan dilakukan skrining.
Dari jumlah tersebut, yang layak mengikuti isolasi mandiri sebanyak 122 orang dan yang tidak layak 38 orang.
Data terakhir menunjukkan, yang mendaftar untuk isolasi mandiri tersebut adalah orang-orang berusia 20-29 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.