Situasi ekonomi yang pelik berujung pada krisis sosial dan politik. Dalam hitungan bulan, krisis itu mencapai puncak.
Meski demikian, peristiwa tersebut tak menghalangi majunya Soeharto dalam pencalonan presiden.
Untuk ketujuh kalinya, Soeharto dilantik lagi sebagai Presiden RI pada 11 Maret 1998.
Firasat
Usai terpilih lagi menjadi presiden, aksi demonstrasi besar-besaran terjadi. Para demonstran menentang Soeharto dan pemerintahan.
Insiden patahnya palu dalam Sidang Paripura ke-V pada 11 Maret 1998 silam pun dirasakan sebagai firasat tersendiri oleh Harmoko.
Benar saja, pada 21 Mei 1998, Soeharto memutuskan mundur dari jabatannya karena desakan publik. Pengunduran diri Soeharto hanya berselang 70 hari setelah peristiwa patahnya palu.
Perjalanan Soeharto sebagai Presiden RI selama 32 tahun pun patah bak palu yang diketukkan Harmoko.
Menurut Arwan Tuti Artha, penulis buku Dunia Spritual Soeharto, patahnya kepala palu di Sidang Paripura MPD ke-V memberi isyarat patahnya perjalanan Pak Harto di tengah jalan.
Harmoko menjadi saksi dari runtuhnya kekuasaan Orde
Baru. Dirinya pula yang ternyata menyimpan firasat akan jatuhnya kejayaan pemimpin yang berkuasa 32 tahun lamanya.
Kini, Harmoko telah tutup usia. Ia mengembuskan napas terakhir di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Minggu (5/7/2021) malam.
Harmoko yang juga mantan Menteri Penerangan dan Ketua Umum Golkar itu meninggal dunia pada usia 82 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.