JAKARTA, KOMPAS.com - Penyebab masalah stunting di Indonesia ditengarai juga terkait dengan isu ketimpangan gender.
Deputi Partisipasi Masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Vennetia R Danes menekankan, penyebab stunting perlu ditelusuri, apakah terdapat persoalan pada perempuan dalam memperoleh akses.
Kemudian, perlu ditelusuri mengenai keterlibatan perempuan dalam penyusunan kebijakan, pengambilan keputusan dan kontrol serta menerima manfaat yang setara dan adil.
Baca juga: Percepat Penurunan Stunting, Wapres Minta BKKBN Koordinasi dengan Kementerian/Lembaga
Vennetia menekankan, manfaat yang setara dan adil harus diterima perempuan, baik pada masa hamil, menyusui, bahkan saat perempuan masih remaja.
“Penyebab stunting perlu ditelusuri dan dilihat apakah berkaitan dengan gender," ujar Vennetia dikutip dari siaran pers, Rabu (30/6/2021).
Menurut Vennetia, kondisi pandemi Covid-19 juga turut mempengaruhi masalah stunting.
Dengan demikian, penguatan fungsi keluarga baik melalui kemitraan dan memperhatikan relasi gender perlu dilakukan.
"Selain itu, butuh kerja sama berbagai sektor guna menyelesaikan isu ketidaksetaraan gender, isu perempuan dan anak yang saling berkaitan dalam mengatasi masalah stunting," kata dia.
Baca juga: Dana Alokasi Khusus 2020 Belum Dimanfaatkan Daerah untuk Penanganan Stunting
Pihaknya pun mendorong pembangunan ketahanan keluarga yang responsif gender sebagai upaya pencegahan stunting dan membangun sumber daya manusia yang berkualitas.
Menurut dia, hal itu bisa diupayakan melalui pengasuhan dan pemberian gizi yang optimal pada periode emas anak.
Apalagi, anak merupakan sumber daya manusia (SDM) yang juga menjadi masa depan suatu bangsa.
"Tentu tumbuh kembangnya harus menjadi perhatian bersama. Khususnya pada periode 0-4 tahun, anak mengalami perkembangan sangat pesat baik secara fisik, kognitif, maupun sosio-emosional yang akan menjadi fondasi kuat bagi masa depan mereka," tutur Vennetia.
Baca juga: Menteri PPPA Sebut Posyandu Tonggak Pencegahan Stunting
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018 menunjukkan, sebanyak 30 persen balita di Indonesia masih mengalami stunting.
Hal itu pula yang membuat pemerintah menargetkan penurunan angka stunting hingga 14 persen pada 2024 dari saat ini yang berkisar di angka 27 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.