Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Intervensi, Lonjakan Covid-19 Diprediksi Menurun Oktober, tapi Banyak Korban

Kompas.com - 30/06/2021, 13:08 WIB
Rahel Narda Chaterine,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia diprediksi akan melandai pada awal Oktober 2021 jika pemerintah tidak membuat kebijakan yang lebih ketat.

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman memprediksi hal ini melalui perhitungannya dengan kondisi Indonesia tetap menerapkan kebijakan PPKM mikro dan 95 persen masyarakat memakai masker.

"Kita baru berakhir, melandainya di September loh, mungkin awal Oktober mulai agak landai," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/6/2021).

Baca juga: Tanpa Intervensi, Puncak Kasus Covid-19 Diprediksi Juli, Kematian Bisa Capai 2.000-an Per Hari

Namun, ia mengatakan, akan ada dampak dan korban yang banyak sebelum Indonesia mengalami penurunan kasus Covid-19.

"Tapi perjalanan dari saat ini ke awal Oktober itu luar biasa itu sangat serius dan banyak korban,” ucap dia.

Hal ini sudah terlihat dari angka kematian akibat Covid-19 yang mencapai lebih dari 400 orang dalam sehari.

Dicky kemudian menyampaikan, puncak kasus lonjakan Covid-19 dapat terjadi di akhir bulan Juli hingga awal Agustus 2021.

Berdasarkan data hasil perhitungannya, pada  5 Juli sampai 11 Agustus akan menjadi masa puncak lonjakan kasus dengan prediksi sekitar 500.000-an orang per hari yang terinfeksi Covid-19.

Baca juga: IDI Sebut Kasus Covid-19 di India Turun Karena Lockdown, Bukan Ivermectin

Sedangkan, prediksi angka kematian akibat Covid-19 akan mencapai masa puncak di tanggal 21 Juli hingga 2 Agustus dengan perkiraan kasus mencapai 2.300 orang per hari.

"Dengan skenario saat ini, kita akan pada puncak akhir Juli itu, angka kematian bisa 2.000-an per hari dan dengan kasus infeksi udah di atas 200 ribu perhari, dan udah kolaps ya dan itu berlangsung bisa dua, tiga minggu," ujar Dicky.

Melalui perhitungan tersebut, ia menyarankan agar pemerintah mengambil opsi lockdown khususnya di Pulau Jawa.

Penerapan kebijakan lockdown juga harus diikuti dengan pelaksanaan 3T (tracing, testing, treatment) dan vaksinasi yang masif.

"Lockdown ini harus dilakukan terutama di Jawa ya selain 3T yang masif agresif," ujar dia.

"Minimal 500.000 testing dan juga vaksinasi yang sudah harus dilakukan pada hampir semua kelompok, termasuk ibu hamil ya. Jangan lupakan lansia dan komorbid dan juga anaknya 12, 17 tahun," ujar Dicky.

Baca juga: Epidemiolog: Tidak Ada Cara Lain, Lockdown Pulau Jawa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com