KOMPAS.com – Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, keberhasilan pengendalian lonjakan kasus Covid-19 tergantung pada kesiapan daerah dalam menyusun dan menjalankan strategi penanganan terbaik di wilayahnya.
Dengan demikian, lonjakan kasus yang terjadi beberapa minggu belakangan dapat segera ditekan dan dikendalikan, sehingga mengurangi beban pada fasilitas, sistem, dan tenaga kesehatan.
Wiku menjelaskan, terdapat tiga provinsi paling berkontribusi besar pada kenaikan kasus, yaitu Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, disusul Jawa Timur.
Adapun, Sulawesi Selatan yang turut berkontribusi pada puncak pertama tidak berkontribusi di puncak kedua dan posisinya digantikan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sementara itu, tiga provinsi di Pulau Jawa di atas konsisten menjadi penyumbang tertinggi pada kedua puncak kasus yang terjadi sepanjang pandemi.
Baca juga: Beredar Kabar Pemerintah Akan Terapkan PPKM Mikro Darurat, Ini Kata Satgas Covid-19
Wiku menambahkan, segala upaya penanganan yang dilakukan pemerintah tidak akan efektif bila masyarakat abai dan lengah menjaga dirinya dari potensi tertular dan menularkan orang lain.
“Masyarakat, terutama di ketiga provinsi ini harus berkontribusi dalam menekan lonjakan kasus covid-19,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (29/6/2021).
Menurutnya, upaya penanganan Covid-19 adalah upaya kolektif. Untuk itu, inisiatif masyarakat dalam menekan dan mengendalikan kasus menjadi sangat penting.
“Jika terpapar, mengalami gejala Covid-19 atau memiliki kerabat yang terkena Covid, jujurlah dengan segera melapor kepada ketua RT setempat agar segera ditindaklanjuti puskesmas,” terangnya.
Dia mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir jika petugas tracing datang untuk melacak kontak erat dan melakukan tes swab. Langkah ini karena diperlukan agar kasus positif ditangani dengan cepat sehingga tidak bertambah parah.
Baca juga: Satgas Pastikan Distribusi Tabung Oksigen Diprioritaskan untuk Kebutuhan dalam Negeri Dahulu
Wiku menambahkan, masyarakat juga harus terus meningkatkan kedisiplinan protokol kesehatan, tidak lengah dan abai, serta merasa aman karena sudah divaksin.
“Ini karena kekebalan komunitas baru dapat tercapai apabila vaksinasi telah mencakup 70 persen populasi. Selanjutnya, masyarakat juga dapat ikut menyebarluaskan edukasi terkait Covid-19 kepada orang sekitar,” jelasnya.
Hal tersebut penting mengingat terdapat berbagai isu yang masih perlu diedukasi dengan baik kepada masyarakat, seperti penggunaan masker yang benar, pentingnya menjaga jarak, dan masih banyaknya masyarakat yang takut divaksinasi.
“Akseslah informasi Covid-19 yang valid dan terpercaya dari kanal resmi Satgas Covid-19, kementerian atau lembaga terkait serta kanal edukasi lainnya, dan pastikan informasi yang disampaikan terkonfirmasi kebenarannya dan bukan hoaks,” tukasnya.
Baca juga: Satgas Covid-19: Indonesia Sudah PSBB, tetapi Tidak Maksimal
Dalam situasi yang sulit ini, WIku menekankan, saling gotong royong dan bahu membahu memperbaiki keadaan sangat penting.
“Jangan saling menyalahkan karena penanganan Covid-19 yang efektif akan tercapai apabila seluruh elemen masyarakat dan pemerintah kompak dan saling membantu merumuskan strategi penanganan yang terbaik,” tegasnya.
Perlu diketahui, peningkatan kasus Covid-19 mingguan di Indonesia telah mencapai puncaknya, bahkan lebih tinggi dari puncak kasus yang terjadi pada Januari 2021.
Pada puncak pertama Januari 2021, jumlah kasus mingguan mencapai 89.902, sedangkan pada minggu ini angkanya jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 125.396.
Baca juga: Ketua Satgas Covid-19: Sebelum Bicara Pembatasan Besar, Lockdown Dulu Diri Sendiri dengan Masker
“Minggu lalu, Indonesia mencatatkan angka kasus positif harian yang sangat tinggi, bahkan mencetak rekor baru, yaitu kasus harian tertinggi selama pandemi, bertambah 21.345 kasus dalam satu hari. Hal ini menandakan second wave atau gelombang kedua kenaikan kasus Covid di Indonesia,” jelasnya.
Wiku mengungkapkan, pada puncak kasus pertama, kenaikan dari titik kasus terendah sebesar 283 persen dan memuncak dalam waktu 13 minggu.
Kemudian, pada puncak kedua ini, kenaikan dari titik kasus terendah mencapai 381 persen atau hampir 5 kali lipatnya dan mencapai puncak dalam waktu 6 minggu.
Padahal, Indonesia sempat mengalami penurunan kasus sejak puncak pertama, yaitu selama 15 minggu dengan total penurunan hingga 244 persen.
“Kenaikan yang mulai terjadi satu minggu pasca-periode libur lebaran menunjukkan dampak yang ditimbulkan akibat libur panjang ternyata dapat terjadi sangat cepat,” terangnya.
Baca juga: RS di Yogyakarta Penuh, BOR ICU Capai 97 Persen, Satgas: Kami Siapkan Shelter Tambahan
Dia menjelaskan, pada minggu-minggu awal kenaikan terlihat normal dan tidak terlalu signifikan.
“Namun, memasuki minggu ke-4 selepas periode libur kenaikan meningkat tajam dan berlangsung selama tiga minggu hingga mencapai puncak kedua di minggu terakhir,” paparnya.
Wiku mengatakan, masih adanya masyarakat yang mudik meski larangan mudik diberlakukan serta arus balik 1-2 minggu selepas Idul Fitri berdampak pada kenaikan kasus yang tinggi.
Selain itu, kenaikan kasus juga dapat disebabkan munculnya beberapa varian Covid-19 baru yang telah masuk ke Indonesia dan diperparah dengan mobilitas yang tinggi.
Baca juga: Kasus Kematian Akibat Covid-19 Terus Naik, Satgas Imbau Masyarakat Lindungi Lansia
Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan dampak periode libur terlihat hingga minggu ke-6 dan kemungkinan masih akan terlihat hingga minggu ke-8.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.