Untuk itu, ia mengingatkan bahwa peran untuk memastikan keselamatan anak ada di tangan kedua orangtua. Oleh karenanya, ayah dan ibu harus bekerja bersama.
Baca juga: Simak, 3 Peran Penting Anak Jaga Kesehatan Orangtua Usia Lanjut
“Berbagi tugas supaya orangtua tidak burnout, karena mengasuh anak kan butuh kesabaran ekstra,” imbuh Puan.
Dalam kesempatan itu, Puan berpesan, setelah dilakukan vaksinasi, orangtua harus menjaga asupan gizi anak tetap cukup dan seimbang.
Kegiatan tersebut, sebut Puan, dapat dilakukan melalui gerakan “Isi Piringku”. Gerakan ini mengedukasi orangtua tentang pola kebiasaan konsumsi makanan sehat.
Tak hanya itu, gerakan “Isi Piringku” bertujuan mengangkat makanan khas daerah, yang diiringi dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
Baca juga: Siswa, Ini Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Saat Belajar Tatap Muka
Perilaku bersih dan sehat yang dimaksud seperti kebiasaan cuci tangan, banyak beraktivitas fisik, rutin memantau berat badan agar tetap normal, serta banyak minum air putih.
“Sejak 2017, saya dorong gerakan ‘Isi Piringku’ dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan gizi seimbang. Hal ini bermakna 10 pesan gizi seimbang dengan porsi makanan yang terdiri atas makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan,” kata legislator daerah pemilihan (dapil) Jawa Tengah (Jateng) V tersebut.
Pada masa pandemi ini, lanjut Puan, asupan gizi yang baik sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan, terutama anak-anak dari berbagai penyakit menular.
Ketika masih menjabat Menko PMK, salah satu agenda kerja Puan adalah memperbaiki gizi anak Indonesia serta menurunkan angka stunting pada anak.
Menurutnya, hal itu penting karena menyangkut masa depan sumber daya manusia (SDM) bangsa berkualitas yang memiliki produktivitas optimal.
Baca juga: Atasi Stunting, Kemendikbud Ristek Gelontor Dana Rp 27 Miliar
Puan mengutip data riset kesehatan dasar tahun 2013, bahwa prevalensi gizi kurang pada bayi lima tahun (balita) sebesar 19,6 persen, obesitas sentral 26,6 persen. Kemudian, masalah stunting atau perawakan pendek pada balita 37,2 persen.
“Makanya waktu itu saya dorong terus supaya persentase penyakit stunting bisa ditekan sampai mendekati batas minimal yang ditetapkan World Health Organization (WHO) sebesar 20 persen dari jumlah bayi,” ucap Puan.
Adapun pada 2016, lanjut dia, angka stunting turun sekitar 30 persen dan tahun 2017 sudah turun menjadi 27,5 persen.
Baca juga: Cegah Anak Stunting, Konsumsi Susu Perlu Ditingkatkan
Meski demikian, pemerintah harus melanjutkan menurunkan angka ini hingga mencapai batas minimal dari WHO.
“Dorong terus sampai kurang dari 20 persen. Semakin sehat anak-anak kita, semakin kuat imunitas mereka dalam melawan Covid-19 sehingga tidak mudah terpapar,” tutup Puan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.