JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri periode 1998-1999 Ginandjar Kartasasmita mengatakan, krisis akibat pandemi Covid-19 seharusnya mampu menjadi momentum bangsa Indonesia melakukan perubahan.
Utamanya dengan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru yang sejalan kemajuan teknologi.
Menurut dia, pandemi Covid-19 harus dilihat sebagai sebuah kesempatan agar ekonomi Indonesia lebih berdaya saing global dengan tuntutan kemajuan teknologi.
"Ini juga kesempatan. Ini kalau ada yang dikatakan hikmah, ya tentu tidak enak bilang hikmah daripada malapetaka. Tapi ya kalau ada hikmah, ya itulah. Kita bisa mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru," kata Ginandjar dalam diskusi virtual Peringatan 85 Tahun Almarhum BJ Habibie: Masa Depan Demokrasi & Tekno-Ekonomi Indonesia di tengah Pandemi, Jumat (25/6/2021).
Baca juga: Dampak Positif di Balik Kebiasaan Baru dari Era Pandemi Virus Corona
Ia melihat, setelah adanya pandemi Covid-19, pola hidup, pola kerja, dan pola hubungan dalam bermasyarakat telah menunjukkan gejala terjadinya perubahan ke arah teknologi.
Dalam hal ini, Ginandjar menilai, konsep mengenai tempat, ruang dan waktu sudah relatif di masa sekarang.
"Pandemi Covid-19 juga menjadi kesempatan untuk meluruskan kembali arah pembangunan bangsa sesuai amanat konstitusi," ujarnya.
Kendati demikian, Ginandjar juga mengingatkan bahwa Indonesia harus memiliki strategi yang menjamin pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan.
Ia kemudian menyarankan bahwa strategi pembangunan di masa pandemi harus bertumpu pada empat prinsip berikut yaitu ekonomi inklusif, ekonomi digital, ekonomi hijau dan ekonomi biru.
"Satu, harus prinsip ekonomi inklusif. Sektor apapun yang kita lakukan, upaya apapun harus kita pikirkan bagaimana manfaatnya buat rakyat. Berapa banyak rakyat yang akan memperoleh manfaat. Jangan berapa pertumbuhannya, berapa GDP-nya. Bukan itu, tapi harus berapa sisi inklusif dari setiap kebijakan kita, harus jelas," katanya.
Baca juga: Jokowi: Pandemi Ajarkan Kita Dobrak Cara Hidup Lama untuk Kebiasaan Baru
Kedua, terkait prinsip ekonomi digital, pembangunan Indonesia tidak bisa meninggalkan atau tertinggal kemajuan teknologi digital.
Menurutnya, semua sektor harus menjalankan prinsip ekonomi digital dengan memasukkan teknologi di dalamnya.
"Jadi dalam semua sektor entah itu sektor kesehatan, pendidikan, industri. Pendekatan digital itu, sudah tidak bisa kita hiraukan. Maka dari itu kita harus betul-betul kita kembangkan. Terutama dalam pendidikan dari bawah ke atas harus mencerminkan itu," jelasnya.
Ketiga adalah prinsip ekonomi hijau yang berbasis berkelanjutan dan mengutamakan kelestarian lingkungan.
Baca juga: Mau Beli Kendaraan Listrik Butuh Adaptasi dan Kebiasaan Baru
Ginandjar kemudian menjelaskan ekonomi biru dengan menganalogikan kekayaan alam di Indonesia yaitu laut.
"Laut itu bukan sebagai pemisah, tapi jembatan antara pulau. Laut itu harusnya bukan sesuatu yang ditakuti tapi jauh, harusnya seperti sawah, tempat kita mencari kehidupan. Jangan dikotori, jangan disia-siakan. Jadi ekonomi biru," tutur dia.
"Keempat hal ini lah yang ingin saya pesankan. Jadi setiap upaya kegiatan ekonomi, langkah apapun harus salah satu atau lebih memasukkan daripada prinsip itu. Sekurang-kurangnya harus salah satu ada di situ," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.