Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desakan Tunda Belajar Tatap Muka Terbatas di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19

Kompas.com - 22/06/2021, 09:40 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

"Kalau menurut saya, enggak setuju sekolah dibuka," ujar Iwan kepada Kompas.com, Jumat (18/6/2021).

Baca juga: P2G: Vaksinasi Guru Lambat, Sekolah Tatap Muka Sulit Dipaksakan Serentak

Menurut dia, kebijakan pembukaan sekolah di masa pandemi yang direncanakan pemerintah harus disesuaikan dengan kondisi Covid-19 di Indonesia.

Untuk itu, menurutnya, saat ini pilihan terbaik adalah tetap belajar dari rumah.

"Kebijakan itu kan harus disesuaikan dengan kondisi saat ini. Menurut saya, kondisi lagi naik gini jangan dulu sekolah offline. Tetap online," kata dia.

Iwan menegaskan, pemerintah tentu boleh membuka sekolah tatap muka terbatas apabila kondisi sudah memungkinkan. Pembukaan sekolah perlu dilakukan secara bertahap.

"Kita lihat kondisinya kalau udah bisa dibuka nanti, ya kita buka bertahap. Kalau sekarang enggak dulu," tutur dia.

Meski guru sudah divaksinasi, kata Iwan, bukan jaminan sekolah tatap muka aman digelar. Hal tersebut masih tetap membahayakan anak-anak karena mereka belum mendapatkan vaksin.

"Guru oke sudah divaksin. Muridnya kan belum. Anak-anak kan belum. BPOM belum memberikan izin anak untuk divaksin," kata Iwan.

Baca juga: Mendikbud Ristek: PTM Terbatas Ditunda jika PPKM Diberlakukan

Senada dengan hal itu, epidemiolog Tri Yunis Miko Wahyono menambahkan, pembukaan sekolah ditunda hingga uji coba vaksin Sinovac pada anak selesai dilakukan.

"Jangan membiarkan generasi muda kita terkena infeksi. Tunggu. Apalagi anak Indonesia udah banyak kasusnya. Itu belum dilepas sekolah. Kalau nanti sekolah dibuka akan makin banyak lagi," kata dia.

Sementara itu, pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo menyarankan PTM terbatas hendaknya ditinjau ulang.

Ia menuturkan, ketika PTM terbatas akan ada mobilitas tinggi yang dilakukan para siswa. Mobilitas itu tidak terkontrol dan dapat menyebabkan risiko tinggi tertular virus.

"Jadi kalau nekat membuka PTM terbatas, kita memang sengaja membuat siswa bergerak ke sekolah. Di sekolah berinteraksi dengan orang lain dan paling berbahaya, perjalanan dari rumah ke sekolah kemudian pulang dari sekolah menuju rumah. Itu risiko tinggi," ucap dia, dikutip dari laman Unair, Sabtu (19/6/2021).

Baca juga: Epidemiolog Tak Setuju jika Sekolah Dibuka pada Juli 2021, Ini Alasannya

Selain itu, kegiatan siswa yang berkumpul juga memiliki risiko. Seperti kebiasaan siswa yang kerap pulang beramai-ramai dan singgah ke suatu tempat dinilai riskan terhadap penularan virus.

Terlebih bagi siswa yang menggunakan kendaraan umum sebagai alat transportasi.

Windhu menilai, PTM terbatas bukan sekadar anak-anak dan sekolah melainkan juga mobilitas anak di luar sekolah. Selain itu juga menyangkut tentang imunitas anak dan lingkungan sekitar.

"Anak-anak usia di bawah 18 tahun itu relatif imunitasnya baik. Kecuali mereka punya komorbid itu yang bisa meninggal ketika dia tertular yang punya kelainan bawaan saat lahir dan seterusnya," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com