JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini dalam sejarah, tepatnya pada 21 Juni 1970, Presiden pertama RI sekaligus sang proklamator Soekarno, mengembuskan napas terakhirnya.
Bung Karno mengembuskan napas terakhir di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, akibat sakit yang dideritanya.
Dikutip dari harian Kompas yang terbit pada 22 Juni 1970, Bung Karno sudah tidak sadarkan diri sejak pukul 03.50. Hingga akhirnya ia melewati titik nadirnya dan dinyatakan wafat pada pukul 07.00.
Baca juga: Saat Soekarno Dibuat Kesal Menunggu Presiden AS Eisenhower
Di saat-saat terakhirnya itu, Bung Karno didampingi oleh anak-anaknya yakni Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
Masyarakat yang mengetahui kabar duka itu pun langsung berduyun-duyung berdatangan. Namun karena dilarang masuk, mereka hanya bisa menyaksikan peristiwa tersebut dari luar pagar RSPAD Gatot Soebroto.
Akhir hayat Bung Besar jauh dari hiruk pikuk politik dan kekuasaan. Sebabnya, ia tak punya lagi kekuasaan politik sejak peristiwa G30S PKI terjadi.
Usai peristiwa berdarah itu, Soekarno kehilangan dukungan dari Angkatan Darat lantaran jenderal-jenderal mereka yang menjadi korban di tengah kian meruncingnya konflik dengan PKI.
Dalam suasana politik yang chaos dan penuh ketidakpastian itu, tudingan bahwa Soekarno berada di balik peristiwa G30S PKI pun menyebar.Kian mesranya hubungan Soekarno dengan PKI saat itu menjadi salah satu faktor munculnya tudingan tersebut.
Baca juga: Soekarno dan Hatta, Dwitunggal yang Terpisahkan oleh Politik tetapi Tetap Bersahabat
Sang proklamator yang telah ditinggal kompatriotnnya, Bung Hatta, semakin kehilangan legitimasi politik.
Mayjen Soeharto kala itu maju untuk mengambil alih kekosongan kursi kekuasaan. Lewat Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) ia mendapat mandat untuk menjadi pemimpin tertinggi menggantikan Bung Karno.
Bung Besar pun terusir dari Istana Merdeka dan Istana Bogor pada 1967. Tak hanya dipreteli kewenangannya, ia pun menjadi tahanan Orde Baru.
Sebabnya MPRS mengeluarkan Ketetapan No. XXXIII/MPRS/1967 yang isinya pencabutan kekuasaan Presiden Soekarno atas segala kekuasaan pemerintah negara dan mengangkat pengemban Supersemar sebagai presiden, yakni Soeharto.
Soekarno mulanya menempati Istana Batu Tulis di Bogor, Jawa Barat, sebagai tempat penahanannya. Namun pada 1969, Bung Karno dipindahkan ke Wisma Yaso, Jakarta.
Baca juga: Tjokroaminoto dan Dapur Nasionalisme Soekarno
Hari-hari di Wisma Yaso dilalui Bung Karno penuh kesepian. Sebagai tahanan Orde Baru, dia dilarang bertemu dengan teman-temanya yang kebanyakan merupakan tokoh politik kala itu.
Sukmawati dalam wawancaranya mengatakan bahwa Soekarno pernah bercerita bahwa dia sangat merasa kesepian menjalani hari-hari penahananya di Wisma Yaso. Banyak menteri yang masih setia kepadanya namun diciduk oleh rezim Orde Baru.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.