Wiku juga mengungkapkan adanya kenaikan daerah berstatus zona merah (berisiko tinggi penularan Covid-19) dari 17 kabupaten/kota menjadi 29 kabupaten/kota.
Kemudian, daerah berstatus zona oranye (risiko sedang penularan Covid-19) bertambah dari 331 kabupaten/kota menjadi 339 kabupaten/kota.
Selain itu, daerah berstatus zona hijau juga bertambah dari 7 kabupaten/kota menjadi 24 kabupaten/kota.
"Sedangkan pada minggu ini terjadi penurunan jumlah kabupaten/kota berstatus zona kuning, yaitu dari 158 kabupaten/kota menjadi 121 kabupaten/kota," ungkap Wiku.
Dalam kesempatan yang sama, Wiku menyebutkan ada sebanyak 10 kabupaten/kota tercatat memiliki skor indikator penularan Covid-19 yang mendekati zona merah.
Baca juga: Pemerintah Tiadakan Cuti Bersama Natal 2021 dan Ganti Dua Hari Libur Nasional
Adapun 10 daerah yang dimaksud, yakni Kota Bandung, Kota Pontianak, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Siak, Kabupaten Indragiri Hilir, Mota Medan, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Dharmasraya, Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Pati.
Oleh karena itu, pihaknya memberikan peringatan dini terhadap 10 daerah yang saat ini berstatus zona oranye atau memiliki risiko sedang penularan Covid-19 itu.
Lebih lanjut, Wiku mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan penyandingan data kenaikan Covid-19 pada pekan keempat setelah Idul Fitri 2021 dengan kenaikan Covid-19 pada pekan keempat setelah Idul Fitri 2020.
"Ternyata kenaikan kasus pasca-Idul Fitri di tahun ini secara nasional lebih tinggi, yaitu mencapai 112,22 persen. Sedangkan kenaikan kasus pada tahun 2020 adalah sebesar 93,11 persen," tutur Wiku.
Dia mengakui, kenaikan yang signifikan di tahun ini tidak dipungkiri terjadi karena kenaikan pada minggu keempat.
Dalam satu minggu saja, terjadi kenaikan hampir 2 kali lipat.
"Hal ini menyebabkan perbedaan yang signifikan pada keadaan di minggu ke-3 lalu dengan minggu ke-4 saat ini," ungkapnya.
Wiku melanjutkan, peningkatan penularan Covid-19 yang terjadi saat ini ada kaitannya dengan libur Idul Fitri 2021.
Pada periode libur Idul Fitri tersebut terjadi mobilitas dan kerumunan masyarakat yang meningkatkan potensi penularan Covid-19.
"Peningkatan penularan yang terjadi pada saat ini, menurut kami sudah jelas kaitannya dengan mobilitas penduduk dan kerumunan yang terkait dengan liburan panjang, yakni libur Idul Fitri," ujarnya.
"Sebab polanya sama dengan kejadian di tahun lalu saat libur panjang," lanjut Wiku.
Wiku menjelaskan, pada awal Februari hingga pertengahan Mei 2021, kondisi kasus Covid-19 di Indonesia telah menurun.
Selain itu, tingkat BOR di RS rujukan Covid-19 juga mencapai rata-rata 30 persen di Indonesia.
"Itu adalah kondisi yang cukup ideal dalam waktu yang lama di Indonesia. Dan kemudian setelah ada libur panjang Idul Fitri ini naik sesuai dengan kalkulasi yang selama ini ada kalau terkait libur panjang," ungkap Wiku.
Baca juga: Covid-19 Melonjak, Satgas: Perketat Prokes, Kita Tak Tahu di Mana Potensi Penularan
Sementara itu, untuk mengetahui bahwa peningkatan kasus Covid-19 saat ini apakah terkait dengan varian baru virus corona, Wiku menegaskan masih perlu penelitian lebih jauh.
"Yang jelas kita lihat kaitannya dengan libur panjang. Perlu penelitian lebih jauh yang menghubungkan ditemukannya whole genome sequence dari varian-varian tertentu dengan peningkatan kasus itu," tambah Wiku.
Sementara itu, Ketua Umum Ketua Umum Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Isman Firdaus melihat adanya pengaruh dari masuknya varian baru virus corona dengan lonjakan kasus Covid-19 saat ini.