JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto menyebut, 85 persen generasi milenial rentan terpapar radikalisme berdasarkan hasil survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Adanya survei dari BNPT terbaru bahwa 85 persen generasi milenial rentan terpapar radikalisme," ujar Wawan dalam diskusi virtual yang digelar Persatuan Alumni GMNI, Selasa (15/6/2021).
Wawan mengatakan, generasi milenial rentan terpapar radikalisme melalui platform media sosial.
Baca juga: BIN: Radikalisme, Separatisme di Papua, hingga Serangan Siber Jadi Ancaman Nasional
Media sosial menjadi inkubator penyebaran radikalisme. "Masalah radikalisme, media sosial disinyalir telah menjadi inkubator radikalisme, khususnya bagi generasi muda," kata Wawan.
Merujuk temuan BNPT tersebut, kata Wawan, masalah radikalisme perlu menjadi perhatian bersama.
Ia menyebut radikalisme merupakan salah satu ancaman nasional.
Terlebih, Indonesia tengah mengalami bonus demografi. Jika tidak diantisipasi, hal itu bisa mengganggu bonus demografi tersebut.
"Ini menjadi sebuah pedang bermata dua jika kita tidak pandai menatanya," ucap dia.
Bonus demografi merujuk pada fenomena penambahan jumlah penduduk usia kerja yang membawa keuntungan bagi perekonomian.
Bonus demografi didefinisikan sebagai sebuah penambahan penduduk pada kelompok usia kerja yang walaupun meningkatkan jumlah penduduk total dipandang sebagai sebuah keuntungan yang tidak terelakan.
Baca juga: Jokowi: Kejahatan di Ruang Digital Terus Meningkat, dari Penipuan hingga Radikalisme
Wawan juga mengatakan, Indonesia tengah menghadapi ancaman nasional. Selain radikalisme, yang menjadi ancaman nasional bagi Indonesia saat ini yakni separatisme di Papua, serangan siber, penyebaran hoaks, hingga konflik SARA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.