Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Corona Asal India di Kudus, Lonjakan Kasus, dan Strategi Pemerintah

Kompas.com - 14/06/2021, 07:19 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia masih harus berjuang keras menghadapi pandemi virus corona. Pemerintah menyatakan kasus Covid-19 mengalami lonjakan. 

Tren kenaikan itu tampak setelah libur Lebaran 2021. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengungkap, tiga pekan pasca Idul Fitri kenaikan kasus virus corona mencapai 53,4 persen.

Kondisi ini menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 pun naik.

Bersamaan dengan itu, varian baru virus corona pun ditemukan muncul di berbagai daerah. Varian virus baru ini disebut menular lebih cepat.

Situasi tersebut menyebabkan para pejabat negara khawatir sehingga masyarakat diwanti-wanti untuk meningkatkan kewaspadaan. Apalagi, lonjakan kasus diprediksi masih akan terjadi beberapa minggu ke depan.

Varian virus India di Kudus

Lonjakan kasus virus corona pasca libur Lebaran terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, salah satunya Kudus, Jawa Tengah.

Menurut data yang diungkap Satgas Penanganan Covid-19, tiga pekan pasca Lebaran kasus virus corona di Kudus melonjak hingga 7.594 persen.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, ditemukan varian virus corona asal India B.1.617 pada lonjakan kasus yang terjadi di Kudus itu.

"Itu sudah kita teliti, hasilnya baru keluar sekitar 2 hari yang lalu bahwa memang yang di area Kudus adalah varian baru yang datang dari India," kata Budi dalam seminar daring yang digelar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Jawa Tengah, Minggu (13/6/2021).

Budi mengatakan, masuknya varian corona B.1.617 ke Indonesia disebabkan karena banyaknya para pekerja migran yang kembali ke Tanah Air melalui pelabuhan-pelabuhan laut.

Berbeda dari pelabuhan udara yang penjagaannya sudah cukup ketat, pengawasan di pelabuhan laut cenderung lebih sulit karena banyaknya kapal yang mengangkut barang, termasuk yang berasal dari India.

"Sehingga masuk dari sana varian-varian baru," ujarnya.

Baca juga: Penjelasan Menkes soal Masuknya Varian Corona Asal India ke Kudus

Di Kudus, kondisi tersebut diperparah dengan banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 yang jumlahnya mencapai lebih dari 400 jiwa.

Kini, lonjakan kasus menyebar di daerah-daerah sekitar Kudus seperti Jepara, Rembang, Grobogan, Pati, bahkan di berbagai provinsi lainnya di luar Jawa Tengah.

"Kudus sendiri sudah mulai flattening, tapi mulai bergeser ke daerah sekitarnya seperti Pati saya lihat ada kenaikan, di Grobogan saya lihat juga ada kenaikan, dan juga beberapa lokasi-lokasi di luar Jawa Tengah seperti di Madura, Bandung Selatan, dan sekarang juga sudah masuk ke Jakarta," terang Budi.

100 persen

Lonjakan kasus Covid-19 ini menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur isolasi di rumah sakit rujukan Covid-19 meningkat hingga 100 persen dalam kurun waktu satu bulan.

Sebelum libur Idul Fitri 2021, bed occupancy rate mencapai angka 20.000. Per Selasa (12/6/2021) angkanya melonjak jadi 40.000.

"Jadi naik 100 persen dalam waktu sekitar satu bulan, pas hari ini satu bulan sesudah Lebaran," kata Menkes Budi.

Baca juga: Menkes: Keterisian RS Covid-19 Naik 100 Persen dalam Sebulan

Adapun tempat tidur isolasi pasien Covid-19 yang disiapkan pemerintah jumlahnya mencapai 75.000. Pemerintah juga menyiapkan 35.000 tempat tidur tambahan untuk berjaga-jaga.

Sementara, tempat tidur ICU yang disiapkan untuk pasien virus corona jumlahnya 7.500. Sebelum libur Lebaran, hanya 2.200-2.300 tempat tidur yang digunakan.

Namun, angka itu kini melonjak naik sehingga ada 4.000 tempat tidur ICU yang terpakai.

Lonjakan hingga akhir Juli

Menkes Budi memprediksi lonjakan kasus masih akan terjadi hingga akhir bulan ini, atau 5-7 minggu setelah libur Idul Fitri.

"Jadi mungkin sampai akhir bulan atau awal bulan Juli kita masih melihat adanya kenaikan," ujarnya.

Budi meminta masyarakat tak lengah dalam menghadapi situasi ini. Masyarakat diminta tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan virus mulai dari memakai masker, rajin mencuci tangan, hingga menjaga jarak.

Selain itu, masyarakat juga diingatkan untuk tak terlampau euforia karena sudah divaksinasi.

Baca juga: Menkes: Sekolah Tatap Muka Maksimal Diikuti 25 Persen dari Total Siswa

Vaksin, kata Budi, memang mengurangi kesakitan yang ditimbulkan infeksi virus. Tetapi, tidak langsung memberikan kekebalan terhadap virus corona.

"Sudah saatnya kita untuk sangat hati-hati, jangan underestimate, jangan terlalu overconfidence, jangan terlalu mobilitasnya terlampau tinggi," kata Budi.

"Terus terang saya merasa sangat khawatir kalau misalnya terjadi lonjakan berikutnya itu akan sangat berat tekanannya ke kita semua, juga ke para tenaga kesehatan yang akan menghadapi ini paling depan," tuturnya.

Strategi pemerintah

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito menyebut pemerintah akan menerapkan 6 strategi dalam menghadapi kondisi terkini pandemi Covid-19.

Strategi pertama adalah upaya mengoptimalkan 3K atau komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi, khususnya dalam konteks konsep pentahelix pengendalian Covid-19.

“Memastikan kerja sama (pemerintah) pusat sampai ke daerah berjalan dengan baik. Kerja sama mulai dari gubernur, bupati, wali kota, sampai jalur koordinasi RT RW dioptimalkan dengan bantuan TNI dan Polri,” kata Ganip, dikutip dari siaran YouTube BNPB, Minggu (13/6/2021).

Langkah kedua, meningkatkan penegakkan disiplin protokol kesehatan serta pembatasan mobilitas dan aktivitas penduduk. Ganip mendorong pemerintah daerah serta aparat penegak hukum untuk mengawal penerapan disiplin protokol kesehatan.

Pembatasan aktivitas seperti hajatan, wisata religi, kunjungan-kunjungan tradisi, hingga kegiatan sosial, kata dia, perlu diperketat.

Selanjutnya, meningkatkan jumlah testing dan tracing atau pelacakan kontak erat pasien Covid-19. Kemudian, meningkatkan perawatan atau treatment terhadap pasien.

Strategi keempat, memastikan ketersediaan tempat tidur rumah sakit, obat, hingga alat kesehatan di rumah sakit rujukan Covid-19.

Baca juga: Kepala BNPB Paparkan 6 Strategi Kendalikan Penyebaran Kasus Covid-19

“Selain itu perlu memaksimalkan juga fasilitas karantina terpusat, posko daerah level kelurahan, desa sebagai tempat isolasi mandiri suspek Covid-19,” ujar Ganip.

Selanjutnya, Ganip meminta dilakukan pengetatan dan pemantauan dalam pelaksanan PPKM mikro di seluruh daerah.

Terakhir, Ganip mengatakan, pemerintah akan mulai mengantisipasi potensi kenaikan kasus Covid-19 menjelang periode libur Hari Raya Idul Adha.

Antisipasi dilakukan terutama di pusat perbelanjaan, tempat wisata, kegiatan tradisi halal bihalal, kunjungan keluarga, ziarah makam, hingga potensi kerumunan penonton saat prosesi penyembelihan hewan kurban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Nasional
FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

Nasional
Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Nasional
Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Nasional
Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Nasional
Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Nasional
Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Nasional
MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Marinir Indonesia-AS Akan Kembali Gelar Latma Platoon Exchange Usai 5 Tahun Vakum

Marinir Indonesia-AS Akan Kembali Gelar Latma Platoon Exchange Usai 5 Tahun Vakum

Nasional
Ingin Pileg 2029 Tertutup, Kaesang: Supaya “Amplop”-nya Enggak Kencang

Ingin Pileg 2029 Tertutup, Kaesang: Supaya “Amplop”-nya Enggak Kencang

Nasional
PSI Akan Usung Kader Jadi Cawagub Jakarta dan Wali Kota Solo

PSI Akan Usung Kader Jadi Cawagub Jakarta dan Wali Kota Solo

Nasional
Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Nasional
Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Nasional
Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com