Dia mengatakan, tingginya penerbangan domestik tersebut tak lepas dari kondisi geografis Indonesia yang adalah negara kepulauan.
Sehingga salah satu akses untuk melakukan perjalanan antarpulau yaitu dengan penerbangan. Potensi ini yang seharusnya dimanfaatkan Garuda Indonesia.
Erick mengatakan, pihaknya telah bicara dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk memberikan dukungan jika nantinya tidak semua bandara terbuka bagi maskapai asing.
Baca juga: Pensiun Dini Garuda, Berapa Besaran Kompensasi yang Diterima Karyawan?
Terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini, yang tak memungkinkan penerbangan dari luar negeri bisa bebas masuk ke semua bandara. Menurut dia, kondisi ini jadi kesempatan Garuda Indonesia untuk memperbaiki kinerja.
"Jadi beberapa titik bandara di buka (bagi pesawat asing), tapi untuk ke rute domestik lainnya hanya boleh Garuda atau penerbangan swasta domestik lainnya," ujar Erick.
Sementara itu, Tiko menambahkan, sejumlah rute penerbangan Garuda Indonesia memang tak menguntungkan, terutama untuk rute penerbangan internasional.
"Rute-rutenya banyak diterbangi yang tidak profitable. Penerbangan ke dalam negeri sebelum Covid-19, itu pada tahun 2019 untung tapi yang luar negeri malah rugi," ucap dia.
Baca juga: Biang Kerok Rugi Garuda: Sewa Pesawat Lebih Mahal dari Maskapai Lain
Krisis keuangan turut berdampak pada seluruh manajemen Garuda Indonesia, di antaranya:
Pensiun dini
Manajemen Garuda Indonesia menawarkan program pensiun dini kepada para karyawannya. Perusahaan penerbangan pelat merah ini menyebut keputusan diambil untuk kembali menyehatkan perusahaan.
Hal itu untuk menjadikan Garuda Indonesia sebagai perusahaan yang lebih sehat dan adaptif menjawab tantangan kinerja usaha di era kenormalan baru.
“Perlu kiranya kami sampaikan program pensiun dipercepat ini ditawarkan secara sukarela terhadap karyawan yang telah memenuhi kriteria,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra.
Baca juga: Trafik Penerbangan Turun, Garuda Tawarkan Karyawannya Pensiun Dini