JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Soedjatmiko mengatakan, sebaiknya pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sekolah dilaksanakan secara bertahap.
Ia menyarankan agar sekolah tatap muka secara terbatas dimulai dari Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dengan pertimbangan, anak-anak pada tingkat pendidikan tersebut lebih mudah diajak untuk mematuhi protokol kesehatan.
"Pembukaan sekolah tatap muka sebaiknya bertahap, lebih mudah diatur misal SMA, untuk mencegah penularan yang luas dan pendidik mendapat pengalaman mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan dimulai dengan skala kecil," kata Soedjatmiko dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (9/6/2021).
Soedjatmiko mengatakan, apabila dalam 2-4 minggu tidak terjadi penularan Covid-19, maka dapat dilanjutkan dengan uji coba sekolah tatap muka pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar (SD) mulai dari kelas 4,5 dan 6.
Namun, ia mengingatkan pembukaan sekolah tatap muka harus berdasarkan kesepakatan antara kepala sekolah, guru dan orang tua.
"Bila dalam waktu 2-4 minggu tidak ada penularan, dapat dilanjutkan dengan murid SD kelas 1, 2, 3, kemudian dilanjutkan dengan TK, kelompok bermain, PAUD dan yang setingkat," ujarnya.
Selain itu, Soedjatmiko mengatakan, pembukaan sekolah tatap muka sebaiknya dilaksanakan setelah seluruh guru hingga petugas di sekolah sudah mengikuti vaksinasi lengkap dua dosis.
Ia juga mendorong dilakukan pemeriksaan Covid-19 setiap 2 minggu pada semua guru untuk mengantisipasi terjadinya penularan virus corona.
"Bila guru sakit demam, batuk, pilek, diare harus segera berobat, bila perlu tes antigen/PCR, bila guru atau petugas sekolah positif Covid-19 segera lapor ke Puskesmas dan satgas Covid-19 setempat," ucapnya.
Lebih lanjut, Soedjatmiko mengatakan, sekolah harus mempersiapkan fasilitas yang memadai untuk pelaksanaan sekolah tatap muka.
Fasilitas tersebut di antaranya memiliki sarana cuci tangan, disinfektan, toilet bersih dan sirkulasi udara di ruang kelas dipastikan baik.
"Sebaiknya (ruang kelas) tanpa AC, bila sirkulasi udara tidak baik, dipertimbangkan untuk belajar di tempat terbuka, misalnya di aula, di pesantren misalnya dialihkan ke masjid dan lainnya," pungkasnya.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Kota Magelang Melonjak, Sekolah Tatap Muka Dihentikan Sementara
Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas akan digelar serentak di tahun ajaran baru pada Juli 2021.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka.
Buku panduan tersebut ditujukan untuk Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUDdikdasmen) di Masa Pandemi Covid-19.
Mendikbud Ristek Nadiem Makarim mengatakan, buku panduan ini ditujukan bagi guru, orangtua maupun para pemangku kepentingan sebagai turunan SKB Empat Menteri.
"Para pemangku kepentingan di bidang pendidikan membutuhkan panduan operasional sebagai turunan SKB Empat Menteri untuk memudahkan dalam mempersiapkan dan melaksanakan PTM terbatas,” disampaikan Nadiem saat peluncuran panduan secara virtual, seperti dirangkum dari laman Kemendikbud Ristek, Rabu (2/6/2021).
Senada dengan Mendikbudristek, Menag Yaqut Cholil Qoumas juga menyambut baik dan mendukung sepenuhnya atas diluncurkannya Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran untuk PAUDikdasmen di Masa Pandemi Covid-19.
“Saya yakin panduan ini sudah ditunggu-tunggu tidak hanya guru dan siswa tetapi juga para orang tua siswa dan dan masyarakat pada umumnya,” ujar Menteri Yaqut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.