JAKARTA, KOMPAS.com – Rumah di Gang Peneleh VII No. 29-31 menjadi saksi bisu kehidupan Soekarno muda di zaman pergerakan nasional.
Ketika itu, para tokoh bangsa silih berganti datang ke rumah tersebut untuk bertemu dan bertukar pikiran dengan sang empunya rumah, Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto.
Tak heran banyak orang menyebut Tjokroaminoto sebagai guru bagi hampir semua tokoh bangsa yang berjuang di zaman kemerdekaan, termasuk guru bagi Bung Karno sendiri.
Baca juga: Soekarno dan Lahirnya Putra Sang Fajar
Soekarno pun mengakui pria yang dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota itu sebagai bapak sekaligus gurunya.
“Pak Tjok adalah pujaanku. Aku muridnya. Secara sadar atrau tidak sadar ia menggemblengku,” tutur Bung Karno dalam autobiografinya yang berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams.
Perkenalan Bung Karno dengan Tjokroaminoto dimulai saat Bung Besar indekos di rumah saudagar batik itu pada 1916.
Saat itu Soekarno remaja tengah menempuh pendidikan di Hogere Burger School (HBS) yang merupakan sekolah menengah umum khusus bagi orang Belanda, Eropa, dan para keluarga priyayi dari kalangan pribumi.
Hanya orang-orang terplih dengan kecerdasan tinggi dan berasal dari keluarga terpandang yang bisa diterima di HBS.
Baca juga: Oemar Said Tjokroaminoto: Kehidupan, Peran, dan Gerakan Islam
Perkenalan Soekarno dengan nasionalisme dan spirit menentang imperialisme Belanda tumbuh dari rumah Tjokroaminoto lewat diskusi yang kerap ia ikuti semalam suntuk.
Kala itu, rumah Tjokroaminoto selalu kedatangan para tokoh pergerakan nasional. Mereka mendiskusikan banyak hal, mulai dari sikap politik Belanda dan perjuangan untuk menggalang massa.
Bukan tanpa alasan para tokoh tersebut selalu datang ke rumah Tjokroaminoto. Sebabnya, Raja Jawa Tanpa Mahkota itu merupakan pemimpin Sarekat Islam (SI), organisasi massa yang anggotanya mencapai 2,5 juta orang yang notabenenya sangat besar di masa itu.
Maka, para begawan ketika itu seperti Agus Salim, Semaun, Abdul Muis, dan para anggota SI lainnya sudah biasa hilir mudik di rumah Tjokroaminoto.
Di tiap diskusi para tokoh yang berlangsung hingga semalam suntuk itu lah terkadang Soekarno menguping.
Baca juga: Kisah di Balik Patung Soekarno Menunggang Kuda yang Diresmikan Prabowo di Kemhan
Pernah suatu kali Bung Karno ikut nimbrung dalam suatu diskusi yang mempermasalahkan kapitalisme.
“Berapa banyak yang diambil Belanda dari Indonesia,” tanya Soekarno.