"Soekarno ada di nomor urut 55. Dia masuk TH Bandung pada 1921, artinya setahun setelah TH didirikan," ujar Bambang, dikutip dari Historia.
Sementara itu, dokumen harian Kompas menyebut versi yang jarang diketahui umum. Dalam harian Kompas yang terbit pada 5 Oktober 1970, ada kemungkinan Soekarno lahir sebelum 23 Mei 1901.
Versi ini diungkap paman Soekarno, Soemodihardjo. Menurut penuturan dia, kelahiran Soekarno ditandai dengan letusan Gunung Kelud pada 23 Mei 1901.
"Ternyata di rumah itu ipar saya, Idayu, yang berasal dari Bali, baru melahirkan seorang anak laki-laki. Waktu tiba di rumah kakak saya itu, bayinya berusia 5 atau 6 hari," tutur Soemodihardjo.
Namun demikian, kesepakatan yang pasti mengenai waktu kelahiran Bung Karno ialan di bulan Juni. Karena itu PDI-P pun menjadikan bulan Juni sebagai bulan Bung Karno.
Adapun soal tempat lahir Bung Karno, Presiden Joko Widodo pernah menyebut Sang Proklamator lahir di Blitar dalam pidatonya pada 2015.
Namun Staf Khusus Presiden Sukardi Rinakit yang menulis teks pidato itu, menyampaikan permintaan maaf atas kesalahannya dalam memberikan informasi kepada Jokowi.
"Kesalahan tersebut sepenuhnya adalah kekeliruan saya dan menjadi tanggung jawab saya," ujar Sukardi dalam pernyataan pers yang diterima pada Kamis (4/6/2015) malam.
Kendati demikian informasi mengenai Blitar sebagai kota kelahiran Soekarno memang marak beredar di masa Orde Baru.
Dikutip dari dokumen Harian Kompas yang terbit 2 Juni 2015, sejarawan Peter Kasenda menuding Orde Baru sengaja mengaburkan sejarah Soekarno demi kepentingan politik.
"Bung Karno jelas lahir di Surabaya, sesuai dengan pengetahuan sejarah saya. Keterangan tempat lahir Bung Karno di Blitar dipublikasikan di zaman Orde Baru. Ini bentuk pengaburan sejarah yang berbau politik," tutur Peter Kasenda, dikutip dari Harian Kompas.
Padahal kota kelahiran Sang Proklamator disebutkan dengan jelas di autobiografinya.
“Karena Bapak merasa tidak disukai orang di Bali, ia kemudian mengajukan permohonan kepada Departemen Pengajaran untuk dipindahkan ke Jawa. Bapak dikirim ke Surabaya dan di sana lah Putra Sang Fajar dilahirkan,” tutur Soekarno di dalam autobiografinya yang ditulis Cindy Adams.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.