JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa pemerintah belum mengutamakan vaksinasi untuk anak-anak.
Ia menyebut, pemerintah tengah memfokuskan diri melindungi kelompok yang rentan terpapar Covid-19.
"Untuk vaksin anak-anak belum diutamakan, mengingat di tingkat dunia sebagian merek vaksin belum sepenuhnya diuji pada kategori pada anak-anak," kata Wiku dalam keterangan tertulis, Sabtu (29/5/2021).
"Saat ini Indonesia fokus kelompok rentan, dan secara statistik didominasi usia 18 tahun. Hal ini untuk memperlambat laju penularan," ucap dia.
Baca juga: Satgas Covid-19: Vaksin Sinopharm Memiliki Tingkat Efikasi Tinggi
Wiku menyebut, vaksin Sinopharm yang saat ini diberikan untuk masyarakat melalui program vaksinasi gotong royong memiliki tingkat efikasi yang tinggi.
Vaksin itu, kata dia, memiliki efikasi 78,02 persen berdasarkan studi klinis fase 3.
"Studi klinis fase 3 pada lebih dari 42 ribu subjek di Uni Emirat Arab dan beberapa negara, menunjukkan efikasi vaksin Sinopharm sebesar 78,02 persen," kata Wiku.
"Hasil pengukuran imunogenesitas penggunaan vaksin menunjukkan pembentukan antibodi tergolong tinggi pada orang lansia dan dewasa," ucap dia.
Vaksin Covid-19 produksi Sinopharm pun telah mendapatkan persetujuan emergency use of authorization (EUA) di lebih dari 27 negara, termasuk Indonesia yang mengeluarkan EUA sejak April 2021.
Vaksin ini, juga telah mendapatkan emergency use of listing (EUL) dari WHO pada 7 Mei 2021.
Kendati demikian, Wiku mengingatkan bahwa vaksinasi saja belum cukup memberi perlindungan prima dalam mencegah penularan virus corona.
Sebab, untuk melindungi diri dari virus Covid-19 itu, harus dilengkapi dengan protokol kesehatan.
Baca juga: Vaksin AstraZeneca CTMAV 547 Boleh Digunakan Lagi, Ini Kata Kemenkes
Di sisi lain, perkembangan terbaru dari hasil whole genome sequencing (WGS) per 25 Mei 2021 menunjukan bahwa ada sebanyak 1.744 WGS yang dikumpulkan ke bank data GISAIDM dan sebanyak 1.711 di antaranya sudah selesai dilakukan.
Sementara itu, untuk varian of concern yang terdeteksi yakni jenis B.1.1.7 sebanyak 16 kasus, varian B.1.6.1.7 + sebanyak 27 kasus, varian B.1.3.5.1 sebanyak 2 kasus dan varian B.1.5.2.5 sebanyak 1 kasus.
Meskipun demikian, Wiku berharap, masyarakat tidak fokus terhadap penemuan varian virus tersebut.
Adanya data terbaru hasil WGS itu, kata dia, harus dijadikan upaya meningkatkan kewaspadaan dengan semakin mematuhi protokol kesehatan.
"Dan adanya varian baru tidak menimbulkan ketakutan yang berlebihan. Karena dapat berujung pada melemahkan imunitas diri," ucap Wiku.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.