Erny memberi jawaban menarik. Rupanya, niat Aa Dudung menjadi tentara itu datang justru dari almarhum ayah mereka, almarhum Bapak Achmad Nasuha yang seorang pejuang kemerdekaan dan veteran tentara pelajar.
“Dulu, Bapak saya itu suka sekali dengan AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia-red). Bapak ingin sekali punya anak masuk AKABRI. Keinginan itu diulang terus pada kami anak-anaknya. Aa Dudung, selalu jadi harapan Bapak untuk jadi tentara. Maka, keinginannya semakin kuat setelah Bapak sudah tidak ada,” Kata Erny.
Kepada kedua adik perempuannya, Ety dan si bungsu Erny, Aa Dudung juga tak pernah berhenti memberi perhatian. Apalagi sejak berpenghasilan sebagai loper koran, ia tak lupa menyisihkan penghasilannya untuk kebutuhan adik-adik.
Mayor CHB Daya Bakir, Komandan Koramil 0923 Padalarang, Jawa Barat, pernah bercerita tentang Mayjen TNI Dudung Abdurachman, yang merupakan teman masa kanak-kanaknya ini.
“Asrama Jalan Belitunglah yang memicu kami ingin jadi tentara. Kami sering bermain memanjat tembok pembatas asrama tempat tinggal kami," kenang Mayor CBH Daya Bakir.
Mayor CBH Daya Bakir bercerita, asrama itu terdiri dari tiga blok barak memanjang. Barak sederhana yang bangunannya setengah tembok, setengah gedeg, dengan atap bocor di sana-sini.
"Tetapi di sanalah kami memupuk cita-cita dan asa bersama.
Dia mengenang, satu blok dihuni 20-30 keluarga tentara. Jadi, sekitar 80 keluarga tinggal di sana.
"Asrama yang dicatat sebagai satu rukun tetangga itu, dipimpin oleh seorang Letnan Dua, yang biasa kami panggil Pak Harry Pondaag."
Awalnya, lanjut dia, bangunan itu adalah tempat parkir kendaraan tentara yang besar-besar. Lalu, disekat-sekat dan dijadikan asrama tentara. Temboknya berbatasan dengan Ajendam Kodam III/Siliwangi.
"Jadi, tiap ada seleksi Akmil, dulu Akabri, kami selalu monitor, mengintip dari balik tembok. Dalam hati, selalu menggelora semangat ingin juga jadi tentara seperti mereka..." cerita Mayor CBH Daya Bakir.
Mayjen TNI Dudung sejak kecil sampai remaja adalah jagoan hampir semua permainan. Ia juga ahli strategi dan senang berlaku sebagai pemimpin.
“Maka jangan heran kalau sedang main perang-perangan, saya selalu jadi anak buahnya,” kenang Mayor CHB Daya Bakir.
Setiap peringatan 17 Agustusan di asrama, habis setiap nomor olahraga, dari bulutangkis, sepak bola sampai tenis meja, disapu bersih oleh Dudung dan timnya.
Semua orang yang menjadi saksi masa remaja Dudung Abdurachman, mengingat bagaimana berbaktinya ia kepada ibundanya. Terlebih saat ayah mereka telah berpulang.