Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elektabilitas Ganjar Ungguli Puan, Bambang Wuryanto: Masih Bisa Berubah

Kompas.com - 25/05/2021, 19:16 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP PDI Perjuangan Bambang Wuryanto menyatakan, elektabilitas seseorang masih dapat berubah sewaktu-waktu, terlebih saat ini masih jauh dari hari pemungutan suara.

Hal itu disampaikan Bambang menanggapi elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mengungguli Ketua DPR Puan Maharani berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga.

"Elektabilitas seseorang itu adalah potret keadaan pada waktu itu yang bisa bergerak berubah. Seseorang punya elektabilitas itu tentu karena adanya effort," kata Bambang di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (25/5/2021), dikutip dari Tribunnews.com.

"Effort-nya apa? Hari ini ya asal kau kenal maka kau pilih aku. Kau kenal aku, kau suka sama aku, pasti kau pilih aku. Itu ketika belum ada pertempuran," ujar dia.

Menurut Bambang, elektabilitas seseorang juga tidak lepas dari hasil pemberitaan media yang membuat orang tersebut terkenal.

Ia pun menyebut, meski saat ini elektabilitas Ganjar di atas Puan, bukan tidak mungkin elektabilitaas Puan nantinya akan menyalip Ganjar.

Baca juga: Tak Diundangnya Ganjar dan Persaingan Pendukung Trah Sukarno dengan Kelompok Modern di PDI-P

"Jadi kalau bicara elektabilitas mohon maaf dinda ini belum ada paparannya. Oke. Mohon maaf belum ada peperangan. Coba nanti, kalau ibu ketua bilang kau racing itu Puan Maharani. Wah pasti kita gaspol," kata Bambang.

Partai berlambang kepala banteng itu kini tengah didera isu perseteruan antara pengurus partai dengan Ganjar yang juga kader PDI-P.

Konflik itu mengemuka setelah Ganjar tidak diundang dalam acara pembukaan Pameran Foto Esai Marhaen dan Foto Bangunan Cagar Budaya di Kantor DPD PDI-P Jawa Tengah, Panti Marhaen, Semarang, Sabtu (22/5/2021).

Padahal, acara itu turut dihadiri oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P Puan Maharani dan mengundang kader-kader PDI-P yang menjabat sebagai kepala daerah di Jawa Tengah.

Bambang selaku Ketua DPD PDI-P Jawa Tengah membenarkan Ganjar tidak diundang dalam acara itu karena ia menilai Ganjar terlalu berambisi untuk maju sebagai capres.

"Tidak diundang! (Ganjar) wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, aja keminter (Kalau kamu pintar, jangan sok merasa pintar)," ujar Bambang, Sabtu malam.

Sejumlah pengamat politik menilai, perseteruan ini merupakan bagian dari persaingan di internal PDI-P untuk memperebutkan tiket pencalonan pada Pilpres 2024 mendatang.

Baca juga: Soal Polemik Pencapresan Ganjar, Rudy: Semua Tegak Lurus kepada Ketua Umum

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin menilai, Ganjar sengaja tidak diundang oleh PDI-P karena PDI-P ingin menjegal Ganjar yang elektabilitasnya mengungguli Puan.

Sementara itu, Puan yang merupakan putri Megawati merupakan sosok putri mahkota partai yang juga digadang-gadang akan dicalonkan pada Pilpres 2024 mendatang.

"Itu manuver penjegalan terhadap Ganjar. Dalam dalam politik itu biasa. Ganjar dianggap lebih baik dari Puan, lebih bagus dalam soal elektabilitas pencapresan, makanya Ganjar perlu dijegal," kata Ujang.

"Siapa pun yang lebih maju dan lebih bagus elektabilitasnya pasti akan dikunci dan dikerjai. Dan ini yang sedang terjadi pada Ganjar, dan Ganjar paham soal itu," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com