Dengan begitu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk menjaga keberlangsungan kegiatan budidaya dan memastikannya mampu berjalan berimbang dengan kondisi alam.
Sementara itu, Peneliti BRPBATPP Nunak Nafiqoh menyampaikan, terdapat beberapa alternatif teknik pengelolaan kesehatan ikan dalam mendukung budidaya ikan.
Pencegahan atau imunoprofilaksis dengan meningkatkan kekebalan tubuh melalui vaksin dan imunostimulan, yaitu vitamin, mineral, dan asam amino.
Baca juga: Perkuat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, KKP Tingkatkan SDM Pembelajaran Jarak Jauh
Selain itu, pencegahan melalui probiotik, yaitu bakteri hidup yang menguntungkan diaplikasikan ke media budidaya atau dicampur pakan.
Adapun jika ikan sudah sakit maka dapat diterapi dengan obat kimia dan obat herbal.
Nunak menjelaskan, obat herbal memiliki keunggulan aman digunakan karena tidak menimbulkan residu dan resistensi bakteri.
Untuk penyiapan obat herbal, tanaman bisa diambil bagian yang akan digunakan, kemudian dikeringkan dan digiling sampai menjadi serbuk.
Ekstraksi bahan aktif herbal diawali dari 10 gram (gr) bahan herbal dalam 100 mililiter (ml) pelarut, lalu dilakukan inkubasi 48 jam dalam agitasi konstan, kemudian disaring, dan dikeringkan pada suhu ruang/rotavap.
“Langkah-langkah aplikasi herbal terdiri dari uji sensitivitas, uji minimum inhibitory concentration, uji lethal concentration 50, dan uji in vivo,” tuturnya.
Baca juga: Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan BRSDM Buka Pendaftaran Peserta Didik Baru
Salah satu produk hasil riset yang telah dilakukan BRPBATPP adalah Medis Herb MH-1 Obat Ikan. Komposisinya terdiri dari kipait, sirih, pepaya, kunyit, mengkudu, dan jambu biji.
Aturan pakai 2-3 hari sekali dengan merendam satu kemasan dalam 300 liter air untuk benih dan dalam 200 liter air untuk pembesaran.
“Indikasinya meredakan gejala infeksi seperti tukak pada kulit serta pendarahan pada sirip dan insang. Cara kerja obat bekerja sebagai disinfektan dan antiseptik,” jelasnya.
Beberapa tanaman yang dapat dijadikan obat herbal untuk ikan, antara lain kunyit (C. domestica), ketapang (T. catappa), kipahit (T. diversifolia), babandotan (A. conyziodes), kirinyuh (E. inulaefolium), dan meniran (P. niruni).
Lalu temulawak (C. xanthorzia), talas (C. esculenta), sirih (P. betle), kunyit putih (C. zeodaria), kimanila (C. alata), jawer kotok (P. scutellaroides), kecombrang (E. elatior), jambu monyet (A. occidentale), cebreng (G. sepium), petai (P. speciose), bawang putih (A. sativum), dan petai cina (L. leucocephola).
Baca juga: Menteri Trenggono Bakal Sulap Probolinggo Jadi Sentra Ekonomi Perikanan di Jatim
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.