Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keheningan di Cendana Jelang Lengsernya Soeharto...

Kompas.com - 21/05/2021, 12:28 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana di ruang tamu kediaman Presiden Soeharto, Jalan Cendana, menteng, Jakarta Pusat, pada 20 Mei 1998 malam begitu berbeda. Hening dan redup. Begitulah hawa yang dipancarkan satu hari jelang lengsernya Soeharto.

Situasi tersebut digambarkan oleh Probosutedjo, adik Soeharto, dalam buku Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto.

Tak banyak yang tahu apa yang sesungguhnya terjadi di Cendana pada 20 Mei 1998 malam.

Beberapa hari sebelum waktu tersebut, kawasan Cendana dan sekitarnya sudah dijaga oleh barikade pasukan. Tak sembarang orang bisa masuk ke Cendana.

"Saya terus memantau kondisi dan mondar-mandir ke Cendana," ungkap Probosutedjo.

Baca juga: Kilas Balik Mundurnya Presiden Soeharto, 21 Mei 1998

Beberapa hari jelang menyatakan mundur, Soeharto kerap bertemu dengan akademisi dan tokoh politik di Cendana, antara lain cendikiawan Islam Nurcholis Madjid, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Saadillah Mursyid, hingga pimpinan DPR/MPR saat itu, Harmoko.

Probosutedjo juga sempat menemui kakaknya dan berdialog mengenai situasi jelang reformasi.

"Mas, ini nampaknya kondisi sudah mengarah pada reformasi," kata dia.

Digambarkan Probosutedjo, Soeharto tetap tenang dan manggut-manggut.

"Boleh saja berpikir untuk reformasi. Tapi, jangan terpeleset menjadi revolusi," sahut Soeharto.

Probosutedjo lantas bertanya kepada sang kakak apakah bersedia mundur dari jabatan yang telah ia genggam selama 32 tahun.

Saat itu, Soeharto mengatakan bahwa ia akan mundur jika MPR menghendaki.

Baca juga: Saat Soeharto Tawarkan Diri Pimpin Indonesia Menuju Reformasi

Digambarkan Probosutedjo, perangai Soeharto kala itu tetap tenang sekalipun eskalasi terus meninggi.

Probosutedjo tak heran lantaran kakaknya itu cukup berpengalaman menghadapi gejolak politik.

20 Mei 1998 malam

Sekitar pukul 18.30 WIB, Probosutedjo kembali mendatangi Cendana untuk menemui Soeharto. Malam itu Cendana amat sunyi. Probosutedjo tetap memberanikan diri untuk masuk.

Ia menjumpai sang kakak duduk di ruang tamu bersama putrinya, Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut.

"Suasana hening dan nampak redup," kata Probosutedjo.

Probosutedjo duduk bergabung dan berusaha memberikan semangat untuk kakaknya. Namun, kala itu Tutut memintanya untuk tidak lagi berupaya meluruskan keadaan.

Tutut lantas menyodorkan surat pengunduran diri 14 menteri Soeharto ke hadapannya.

Saat itu, Tutut mengatakan bahwa ayahnya sudah bulat untuk mundur.

Berdasarkan penuturan Tutut kepada Probosutedjo, Soeharto begitu terkejut menerima surat pengunduran diri 14 menterinya.

"Ia sangat kecewa, itu jelas. Ditinggalkan para menterinya adalah pukulan hebat bagi presiden mana pun," kata dia.

Baca juga: 21 Mei 1998, Saat Soeharto Dijatuhkan Gerakan Reformasi...

Kekecewaan Soeharto tak sebatas itu. Pada malam yang sama Soeharto menerima kabar bahwa Wakil Presiden BJ Habibie menyatakan bersedia menggantikannya sebagai presiden.

Soeharto mengeluhkan sikap Habibie. Ia tak habis pikir Habibie berubah dalam tempo singkat.

Sebelumnya, berdasar penuturan Probosutedjo, Habibie menyatakan tak sanggup menjadi presiden.

"Ini membuat kakak saya sangat kecewa. Hari itu juga dia memutuskan untuk tidak mau menegur atau bicara dengan Habibie," ujarnya.

Malam itu Habibie sempat menelepon Soeharto. Namun, pemimpin Orde Baru tersebut enggan bicara.

Cerita Habibie menelepon Soeharto pada 20 Mei 1998 malam dikonfirmasi oleh mantan Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) Jimly Asshiddiqie.

Jimly menjadi saksi momen tersebut lantaran malam itu ia tengah berada di kediaman Habibie.

Menurut Jimly, Habibie meminta ajudannya menelepon ajudan Soeharto untuk meminta waktu bertemu pasca sejumlah menteri datang ke kediaman wakil presiden dan menyatakan mundur dari Kabinet Pembangunan VII.

Namun, kata Jimly, telepon itu justru diserahkan ajudan Soeharto ke Menseneg Saadillah Mursjid.

"Mensekab malam itu langsung bicara ke Pak Habibie intinya 'Bapak tidak perlu bertemu dengan Presiden malam ini. Besok Presiden akan mundur dari jabatan presiden'," kata Jimly dalam acara Refleksi 20 Tahun Reformasi, Senin (21/5/2018).

Baca juga: Nursyahbani Katjasungkana, Perempuan dalam Perjuangan Reformasi 1998

Sementara, di kediaman keluarga Cendana, Probosutedjo menjadi saksi atas peristiwa bersejarah, kesediaan Soeharto mundur dari jabatannya.

Dengan wajah redup namun tenang, Soeharto lirih mengatakan, "Saya akan mengundurkan diri, baik."

Probosutedjo sempat menanyakan siapa yang akan menjadi presiden pasca-lengser. Dengan singkat Soeharto menyebut nama Habibie.

Soeharto juga mengatakan, "Sudahlah, saya ikhlas."

Keputusan Soeharto itu membuat Probosutedjo pilu. Ia tak menyangka kakaknya harus lengser karena desakan rakyat, sementara di sisi lain para menteri yang notabene orang kepercayaan presiden justru meninggalkannya.

Bagi Probosutedjo, ruang tamu Cendana malam itu tak akan pernah ia lupakan.

"Saya memandang ruang tamu Cendana dan membatin. Puluhan tahun tempat ini jadi arena pertemuan Mas Harto dengan menteri-menteri dan orang kepercayaannya," kata dia.

"Mulai malam ini, ruang tamu Cendana akan menjadi sepi. Ia telah memutuskan sendiri, akan lengser," sambung dia.

Baca juga: Kisah Soeharto Ditolak 14 Menteri dan Isu Mundurnya Wapres Habibie...

Satu hari setelah peristiwa itu, Soeharto memenuhi janjinya. Pemimpin 32 tahun Orde Baru itu membacakan pidato pengunduran dirinya pada 21 Mei 1998.

Pidato itu disambut sorak gembira rakyat di berbagai penjuru Indonesia. Namun, tidak bagi keluarga Cendana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com