Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Mudik Lebaran dari Perspektif Komunikasi

Kompas.com - 14/05/2021, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Moehammad Gafar Yoedtadi

SETIAP menjelang Hari Raya Idul Fitri, pemberitaan media massa akan didominasi dengan laporan kegiatan mudik Lebaran.

Namun, pemberitaan mudik tahun ini memiliki warna berbeda karena aktivitas tersebut dilarang oleh pemerintah. Alasannya, mudik Lebaran 2021 berpotensi meningkatkan jumlah kasus penularan Covid-19 (Kompas, 2021).

Pemerintah secara resmi melarang mudik Lebaran dari 6-17 Mei 2021 melalui Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Covid-19 Selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah (Kompas, 2021).

Untuk mengendalikan gelombang mudik, polisi melakukan operasi penyekatan di jalan-jalan yang biasa digunakan pemudik.

Kendati sudah dilarang, tidak sedikit masyarakat yang tetap nekad mudik. Puluhan ribu kendaraan roda empat dan dua diputarbalikan karena tertangkap operasi penyekatan polisi.

Alih-alih mengikuti aturan, banyak pemudik yang tarik urat dengan petugas karena memaksa meneruskan perjalanan. Kenapa orang begitu "ngotot" untuk mudik?

Mudik budaya masyarakat Indonesia

Istilah mudik secara bahasa tercatat di Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (1990) berarti "Pulang ke udik atau pulang ke kampung halaman bersamaan dengan datangnya hari Lebaran".

Dalam ajaran Islam, tradisi mudik tidak dikenal. Seusai melaksanakan puasa selama sebulan penuh, umat Islam hanya diperintahkan mengeluarkan zakat fitrah dan melaksanakan salat Idul Fitri serta dilarang berpuasa pada hari satu Syawal tersebut (Arribathi & Aini, 2018).

Kendati demikian, tradisi mudik Lebaran sudah mengakar kuat dalam budaya masyarakat Indonesia.

Mudik menjadi fenomena sosio-kultural yang acap kali tak mampu dijelaskan secara rasional. Misalnya, menjawab pertanyaan kenapa orang masih bertekad mudik ketika pandemi Covid-19 belum teratasi.

Para pemudik biasanya adalah mereka yang hijrah ke kota, daerah lain, bahkan negara lain, untuk bertemu kembali dengan keluarga, sanak saudara, kerabat, dan sahabat.

Mudik menjadi kebutuhan kultural. Ia tak hanya sekedar melepas kerinduan pada kampung halaman tetapi mengandung makna yang jauh lebih dalam.

Berbagai alasan dapat disebutkan untuk menjawab pertanyaan mengapa orang pulang mudik lebaran.

Yang pasti, fenomena mudik berkaitan erat dengan tiga alasan kultural, yaitu mengunjungi orang tua dan keluarga, berziarah ke makam keluarga, dan menengok warisan keluarga di kampung halaman (Arribathi & Aini, 2018).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Tak Bentuk Tim Transisi untuk Prabowo-Gibran

Jokowi Tegaskan Tak Bentuk Tim Transisi untuk Prabowo-Gibran

Nasional
AHY: Mari “Move On” dan “Move Forward” Pilkada di Depan Mata

AHY: Mari “Move On” dan “Move Forward” Pilkada di Depan Mata

Nasional
Cak Imin: Sebetulnya PKB Masih Ingin Hak Angket DPR

Cak Imin: Sebetulnya PKB Masih Ingin Hak Angket DPR

Nasional
Pesan Jokowi untuk Prabowo-Gibran: Persiapkan Diri, Setelah Pelantikan Langsung Kerja ...

Pesan Jokowi untuk Prabowo-Gibran: Persiapkan Diri, Setelah Pelantikan Langsung Kerja ...

Nasional
Ganjar-Mahfud dan Puan Maharani Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran

Ganjar-Mahfud dan Puan Maharani Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Titiek Soeharto-Didiet Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU

Titiek Soeharto-Didiet Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU

Nasional
PKS Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran: Kita Ucapkan Selamat Bertugas

PKS Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran: Kita Ucapkan Selamat Bertugas

Nasional
Disebut Sudah Bukan Kader PDI-P Lagi, Jokowi: Ya Terima Kasih

Disebut Sudah Bukan Kader PDI-P Lagi, Jokowi: Ya Terima Kasih

Nasional
Soal Kabinet, AHY: Jangan Bebankan Pak Prabowo dengan Tuntutan Berlebihan

Soal Kabinet, AHY: Jangan Bebankan Pak Prabowo dengan Tuntutan Berlebihan

Nasional
Jelang Ditetapkan sebagai Presiden Terpilih, Prabowo: Rakyat Menuntut Pimpinan Politik Kerja Sama

Jelang Ditetapkan sebagai Presiden Terpilih, Prabowo: Rakyat Menuntut Pimpinan Politik Kerja Sama

Nasional
Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Anies: Tanpa Melupakan Catatan di MK

Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Anies: Tanpa Melupakan Catatan di MK

Nasional
Jokowi Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden-Wapres Terpilih

Jokowi Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
Ajak Rekonsiliasi, AHY Minta Pihak yang Belum Puas Hasil Pilpres Tak Korbankan Rakyat

Ajak Rekonsiliasi, AHY Minta Pihak yang Belum Puas Hasil Pilpres Tak Korbankan Rakyat

Nasional
Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Anies: Kita Hormati Proses Bernegara

Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Anies: Kita Hormati Proses Bernegara

Nasional
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com