JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani meminta pemerintah tidak ada lagi yang berpikir tentang menjalin hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel.
Menurutnya, langkah itu harus dipertegas meskipun hubungan diplomatik tersebut memiliki manfaat ekonomi bagi Indonesia.
"Agar seluruh elemen pemerintah tidak ada lagi yang berpikir tentang menjalin hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel. Meskipun hubungan diplomatik seperti itu bisa jadi ada manfaat ekonomisnya bagi Indonesia," kata Arsul dalam keterangannya, Senin (10/5/2021).
Baca juga: Ini Penyebab Bentrok Israel dan Palestina di Masjid Al-Aqsa
Adapun hal tersebut disampaikannya untuk menyikapi tindak kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Israel terhadap warga Palestina, khususnya umat Islam yang sedang beribadah di Masjid Al-Aqsa.
Arsul menilai, tindakan kekerasan brutal yang berulang terhadap warga Palestina merupakan watak asli pemerintahan Israel yang tidak peduli terhadap concern di dunia internasional.
"Karenanya, jika masih ada unsur-unsur pemerintahan yang berpikir tentang opsi membuka hubungan diplomatik dengan Israel atau bahkan jika ada yang diam-diam melakukan hubungan-hubungan dengan Israel, maka mereka itu melupakan salah satu cita-cita bernegara yang tercantum dalam UUD 1945," ujarnya.
Cita-cita UUD 1945 yang dimaksud yaitu melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi, kemerdekaan dan keadilan sosial.
Baca juga: Polisi Israel Bentrok Lagi dengan Warga Palestina di Masjid Al-Aqsa, 180 Terluka
Lebih lanjut, Anggota Komisi III DPR itu meminta pemerintah khususnya Kementerian Luar Negeri tidak hanya berhenti pada pernyataan mengecam atau mengutuk keras tindak kekerasan Israel.
Hal itu perlu dilakukan sebagai bentuk konsisten dukungan dan solidaritas terhadap umat Islam di Palestina.
Arsul meminta, pemerintah Indonesia terus melakukan langkah-langkah penggalangan diplomatik untuk menekan Israel.
"Apalagi kecaman yang sama juga dilakukan sejumlah negara non-muslim antara lain Selandia Baru dan Skotlandia," terangnya.
Sebelumnya diberitakan, ketegangan di Yerusalem meningkat pasca-terjadinya kerusuhan pada Jumat (7/5/2021) malam di kompleks Masjid Al Aqsa, Yerusalem, Palestina.
Kerusuhan bermula dari pengerahan Polisi Israel untuk membubarkan warga Palestina yang tengah melaksanakan ibadah tarawih di Masjid Al Aqsa.
Polisi Israel yang dilengkapi dengan perlengkapan antihuru-hara membubarkan paksa jemaah tarawih, dan menembakkan peluru berlapis karet.
Rekaman video memperlihatkan, jemaah mencoba mempertahankan diri dengan melemparkan kursi, sepatu, dan batu ke arah Polisi Israel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.