"Artinya ini menjadi kewaspadaan kita, jangan-jangan masyarakat menjadi tidak sadar dengan gejala Covid-19 yang dialaminya, sehingga menunda untuk mendapatkan pemeriksaan ke fasilitas pelayanan kesehatan," pungkasnya.
Peningkatan pasien rawat inap di rumah sakit
Selain itu, Kemenkes juga menyatakan bahwa ada tren peningkatan pasien rawat inap akibat Covid-19 di rumah sakit belakangan sebesar 1,28 persen.
"Begitu juga dengan rawat inap di rumah sakit terjadi peningkatan sebanyak 1,28 persen," ujar Nadia dalam konferensi pers virtual.
Lebih jauh, Nadia memaparkan, terdapat 14 provinsi dengan angka rawat inap pasien lebih dari 30 orang per 100.000 penduduk dalam seminggu.
Adapun 14 provinsi itu adalah Sumatera Utara, Riau, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Barat, Yogyakarta, Jambi, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Bengkulu Papua Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantan Tengah.
Baca juga: Kemenkes: Kasus Kematian Covid-19 Naik 20 Persen pada April
Kemudian, Nadia mengatakan, peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit terjadi pada ruang isolasi dan ruang perawatan.
Peningkatan kapasitas ini terjadi di RS TNI-Polri, RS BUMN, dan RS Vertikal Kemenkes.
"Rumah Sakit vertikal yang meningkat lebih dari 50 persen itu Rumah Sakit Marzuki Mahdi, 25 sampai 49 persen itu Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan," ucapnya.
Klaster Covid-19
Menjelang hari Lebaran, pihak Kemenkes menyoroti beberapa kemunculan klaster Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir.
Beberapa klaster yang disoroti di antaranya adalah klaster tarawih di Banyumas, Jawa Tengah, klaster buka puasa bersama, klaster perkantoran, klaster takziah dan klaster mudik.
"Tentunya ini sangat mengkhawatirkan kita, karena kemungkinan terjadinya super spread pada klaster ini," kata Nadia.
Menurut Nadia, kemunculan klaster tersebut tidak terlepas dari adanya kelalaian individu dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) Covid-19.
Baca juga: Kemenkes: Varian B.1.1.7, B.1.617, dan B.1.351 Sudah Masuk Indonesia
Nadia pun mencontohkan kelalaian pada klaster tarawih di Banyumas. Ia menjelaskan klaster itu terjadi setelah ada satu orang yang terpapar Covid-19. Orang tersebut, kata Nadia, tetap melakukan ibadah tarawih ke masjid meskipun telah positif Covid-19.
"Tentunya kelalaian kita dalam melaksanakan protokol kesehatan terutama saat melaksanakan ibadah tarawih berjemaah," ucapnya.
Lebih lanjut, Nadia mengatakan, kegiatan buka puasa bersama juga menjadi perhatian Kemenkes karena banyak masyarakat yang mulai lalai menerapkan protokol kesehatan saat buka puasa bersama.
Ia mengingatkan, berbicara saat makan bersama menjadi salah satu penyebab terjadinya penularan virus corona.
"Dan yang terakhir ada klaster perkantoran, takziah dan mudik, tentu harus dilakukan dengan protokol kesehatan untuk mencegah hal yang tidak kita inginkan," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.