Varian ini dikaitkan dengan peningkatan transmisi yang lebih efisien dan cepat.
Pada Januari 2021, ilmuwan dari Inggris melaporkan bukti yang menunjukkan varian B.1.1.7 berpotensi menyebabkan peningkatan risiko kematian dibandingkan dengan varian lain.
Sayangnya, laporan tersebut tidak menemukan bukti yang menunjukkan bisa berdampak pada tingkat keparahan penyakit atau kemanjuran vaksin.
Sementara itu, varian B.1.617 merupakan varian baru virus corona yang pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020.
Mengutip dari Strait Times, varian B.1.617 disebut juga dengan "mutan ganda".
Hal ini karena varian virus ini mengandung dua mutasi di dalamnya, yakni L4525 dan E484Q.
Mutasi L425R dikhawatirkan dapat meningkatkan transmisi virus dan mengurangi kemanjuran antibodi.
Sementara E484Q dikhawatirkan akan membuat virus memiliki pengikatan sel yang lebih baik dibanding sebelumnya yang berpotensi menghindari kekebalan.
Saat ini strain tersebut telah terdeteksi di setidaknya 16 negara, termasuk Singapura dan Inggris.
Kemudian, mutasi baru B.1.351 pertama kali ditemukan di Teluk Nelson Mandela, Afrika Selatan, pada awal Oktober 2020.
Sejak saat itu, virus menyebar dan kini telah ditemukan di luar negara asalnya, misalnya di Zambia dan AS. Kasus B.1.351 dilaporkan di Amerika Serikat pada akhir Januari 2021.
Mutasi virus ini dicurigai dapat memengaruhi netralisasi beberapa antibodi, tetapi tidak terdeteksi meningkatkan risiko keparahan penyakit.
Baca juga: Varian Mutasi Ganda B.1.617 Masuk RI, Epidemiolog: Kasus Covid-19 Bisa Naik jika Lalai
DPR minta masyarakat tak panik
Menanggapi telah masuknya berbagai varian mutasi virus corona ke Indonesia, anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PDI-P Rahmad Handoyo meminta masyarakat tidak perlu panik atas temuan sejumlah varian baru virus corona hasil mutasi di Indonesia.
Kendati demikian, menurut Rahmad, bukan berarti masyarakat lantas boleh bersikap biasa saja, melainkan mesti lebih waspada.
"Saya kira ini kita tidak perlu panik, tetapi kita semakin waspada meningkatkan kewaspadaan, meningkatkan kedisiplinan kita terhadap protokol kesehatan," kata Rahmad saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/5/2021).
Rahmad menuturkan, disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan menjadi salah satu cara menghalau virus tersebut menyebar di masyarakat.
Sebab, pada dasarnya, ia menilai bahwa semua virus dapat bermutasi, termasuk virus corona.
"Perubahan virus itu menjadi satu keniscayaan. Mau menjadi lemah atau semakin tidak kita kehendaki, satu hal yang perlu kita tekankan adalah apa pun perubahan karakteristik, apa pun perubahan mutasi, yang paling bisa kita lakukan saat ini adalah bagaimana kita meningkatkan kewaspadaan," ujarnya.
Baca juga: Kemenkes: Varian Covid-19 B.1.351 dari Afrika Selatan Masuk Indonesia, Ada di Bali
Rahmad melanjutkan, saat ini pemerintah dan masyarakat perlu bergerak bersama untuk membumikan protokol kesehatan.
Khusus kepada pemerintah, dalam setiap kesempatan, dapat ditekankan pentingnya protokol kesehatan, yaitu 5M mulai dari mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
"Sehingga, ketika sudah masuk Indonesia, harapannya ya mutasi virus itu tidak bisa berkembang, tidak bisa menular ke tempat yang lain karena kita sudah disiplin protokol kesehatan," ucapnya.
"Tetapi, karena virus itu sudah masuk ke Indonesia, maka tidak ada lain, harga mati, dalam rangka menangkal virus itu dengan cara protokol kesehatan," sambung dia.