JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto, menyayangkan cara kepolisian menangkap eks Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI), Munarman, yang dinilai terkesan arogan.
Apalagi, penangkapan itu diperlihatkan melalui video yang viral tersebar di media sosial.
"Yang saya sesalkan, Munarman ini kooperatif sebenarnya, hanya saja ketika kemarin video yang beredar kesannya kepolisian menjadi arogan ketika mengambil sandal saja tidak boleh," ujar Bambang dalam diskusi virtual, Minggu (2/5/2021).
Baca juga: Kuasa Hukum Sebut Cara Penangkapan Munarman Rendahkan Hak dan Martabat
Menurut Bambang, video penangkapan Munarman yang beredar pun menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat.
Cara-cara penangkapan seperti dalam video itu seharusnya bisa dihindari.
"Hal-hal seperti (seharusnya) bisa dihindari sehingga tidak semakin memunculkan kebencian kepada kepolisian," kata Bambang.
Di sisi lain, Bambang menilai cara penangkapan seperti itu wajar dilakukan petugas kepolisian. Hanya saja, ketika cara penangkapan kemudian didokumentasikan dalam video justru akan memantik reaksi masyarakat.
"Hanya kemudian ketika itu divideokan ini seolah kepolisian kesannya lebih arogan," kata dia.
Baca juga: Penjelasan Polri soal Alasan Menutup Mata Munarman dan Status Hukumnya
Densus 88 Antiteror menangkap Munarman di Perumahan Modern Hills, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan pada 27 April 2021.
Munarman ditangkap atas dugaan terlibat pembaiatan terhadap ISIS di UIN Jakarta, di Medan, dan Makassar.
Dia juga disebut berperan dalam membuat jaringan JAD dan ISIS di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.