Selama pelatihan, Miaji mengambil jurusan auto mekanik motor. Melalui Pusrehab, ia semakin serius menggeluti hobinya di bidang otomotif menjadi sebuah passion.
Kurang lebih empat bulan mengikuti pelatihan, ia memberanikan diri untuk membuka sebuah bengkel motor bore up sederhana di depan rumahnya.
Sebagai informasi, bore up atau stroke up adalah modifikasi pada mesin motor dengan menambah atau memperbesar kapasitas silinder atau cylinder capacity (cc).
Dengan modal Rp 5 juta dari hasil jual motornya, Miaji mulai melakukan riset tentang jenis motor yang disukai oleh anak muda. Dari riset ini, ia bersikeras membuat sepeda motor dengan kualitas terbaik.
“Apabila ada orang yang ingin memperbaiki motornya, misal seluruh biaya perbaikan butuh Rp 2 juta mereka akan membayar uang muka Rp 500.000. Nah, sisanya pakai dari modal saya dulu,” kata tentara yang bersekolah di militer Ambon ini.
Baca juga: Bengkel di Mall, Kini Emak-emak Bisa Servis Mobil Sambil Belanja
Miaji mengaku, cara tersebut ia lakukan selama satu sampai dua tahun hingga modalnya kembali. Lebih lanjut ia mengungkapkan, dalam setahun, keuntungan yang ia dapat mungkin bisa untuk membeli satu motor baru dan menopang ekonomi keluarga setiap hari.
Ia menjelaskan, khusus untuk pembuatan motor balap biasa dikerjakan secara borongan. Modifikasinya sendiri membutuhkan biaya mulai dari Rp 15 juta hingga Rp 30 juta per motor. Adapun pengerjaan satu motor bore up dibutuhkan waktu selama 3 bulan.
“Saya waktu itu menjadi single fighter, melakukan apapun sendiri. Namun, setelah mulai berkembang saya punya dua karyawan yang ingin belajar juga cara merakit motor bore up. Walaupun sekarang karyawan cuma satu yang penting hasilnya baik,” ucap Miaji.
Tidak berselang lama, ia vakum sementara karena mendapat tawaran dari Pusrehab untuk mengembangkan keahliannya menuju tingkat mahir. Keahlian ini didapatkan Miaji selama pelatihan empat bulan.
Baca juga: Hari Terakhir Beli Pelatihan Prakerja Gelombang 16, 8.000 Orang Terancam Dicabut Kepesertaannya
Dari keseriusan Miaji mengembangkan usahanya, ia pun sudah memiliki sejumlah pelanggan tetap.
Ia mengungkapkan, mayoritas pelanggannya adalah laki-laki dari rentang usia anak muda sampai orang tua. Domisili pelanggan Miaji pun sangat beragam, mulai dari wilayah Jawa Timur (Jatim), Lampung hingga Kalimantan.
Menurutnya, hal itu tidak lepas dari peran sosial media (sosmed). Selain melayani pelanggan dari orang per orang, ia juga kerap mendapat pesanan dari Facebook atau Instagram.
“Berdagang itu harus melek teknologi supaya maju agar produk kita dikenal banyak orang. Dari sosmed kita bisa memposting dagangan dan mereka bisa menilai apakah produksi yang kita hasilkan bagus atau tidak,” ucap Miaji.
Selain sosmed, Miaji mengandalkan kemajuan usahanya dari relasi dan kepercayaan. Sedari remaja, ia mengaku suka bergaul. Sebab, kata dia, banyak teman itu juga banyak rejeki.
Baca juga: Universitas Ciputra: 8 Jenis Usaha Rumahan yang Menjanjikan Saat Pandemi
Terlebih kepercayaan yang sudah dibangun membuat dia berpikir lebih rasional. Bagi Miaji, menanggalkan seragam militernya berarti harus berperan secara menyeluruh sebagai masyarakat pada umumnya.