JAKARTA, KOMPAS.com – Sudah 11 tahun sejak Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur wafat.
Meski demikian, namanya masih terkenang hingga saat ini berkat banyak pemikirannya yang masih relevan.
Walaupun hanya menjabat kurang lebih 20 bulan sebagai Presiden, namun Gus Dur mengambil beberapa langkah dan kebijakan penting untuk bangsa ini.
Salah satu yang paling terkenang adalah upayanya untuk menyelesaikan konflik dan mendengarkan keluh kesah warga Papua.
Dua bulan setelah dilantik menjadi Presiden, Gus Dur tak membuang banyak waktu untuk mengambil langkah penyelesaian konflik keamanan di Papua.
Dalam kunjungannya ke Papua, yang saat itu masih bernama Irian Jaya, pada 30 Desember 1999 Gus Dur mengundang berbagai tokoh masyarakat Papua tak terkecuali dari pihak gerakan Papua Merdeka untuk berdiskusi.
Baca juga: Pengiriman Pasukan Non-organik Dinilai Tak Selesaikan Isu Separatisme di Papua
Meski merupakan undangan terbatas, diskusi itu dihadiri oleh banyak tokoh masyarakat Papua. Pada acara diskusi tersebut, walau menjabat sebagai Kepala Negara, Gus Dur memilih tidak menggunakan penjagaan yang ketat.
“Pada 30 Desember 1999 dimulai jam 8 malam dialog dengan berbagai elemen dilakukan di gedung pertemuan gubernuran di Jayapura. Meskipun dengan cara perwakilan, tetapi banyak sekali yang datang karena penjagaan tidak ketat,” demikian dikutip dari artikel NU Online berjudul Alasan Gus Dur Ubah Nama Irian Jaya Menjadi Papua.
Gus Dur kemudian mempersilakan siapa pun yang hadir pada malam itu untuk memberikan pendapat.
Semua pendapat, baik yang mendukung kemerdekaan Papua, hingga yang memuji pemerintah didengarkan oleh Gus Dur.
Setelah mendengarkan aspirasi masyarakat Papua, Gus Dur kemudian memutuskan untuk mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Terjang Irian Jaya, 108 Orang Meninggal
Alasan Gus Dur, nama Irian memiliki makna yang jelek. Sebab dalam bahasa Arab kata Irian berarti telanjang (Urryan).
Gus Dur juga beralasan bahwa dalam kebudayaan Jawa penggantian nama seorang anak dilakukan jika sang anak sakit-sakitan.
“Biasanya sih namanya Slamet. Tapi saya sekarang ganti Irian Jaya menjadi Papua,” kata Gus Dur saat itu.
Diambil dari buku berjudul Gus Durku, Gus Durmu, Gus Dur Kita karya Muhammad AS Hikam, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Wiranto melaporkan pada Gus Dur tentang pengibaran bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM) Bintang Kejora.