Ali menjelaskan, ada berbagai macam metode yang dapat digunakan untuk mengangkat kapal selam dari bawah laut. Antara lain pengaitan hingga penggunaan balon udara.
Namun demikian, keberhasilan metode yang akan digunakan sangat bergantung pada kedalaman laut tempat kapal selam tersebut berada.
"Ini juga sangat mempengaruhi faktor tingkat kesulitan dari pengangkatan kapal tersebut," kata Ali.
Baca juga: Ini Metode yang Akan Digunakan TNI AL untuk Evakuasi KRI Nanggala-402
Selain soal kedalaman, kondisi kapal yang tenggelam juga berpengaruh pada upaya mengangkat kapal.
"Kalau sudah hancur agak sulit mungkin untuk mengangkat, mungkin angkatnya seperti Kursk (kapal selam Rusia) itu, dia dirusak sekalian tapi dia bisa terangkat sebagian besar," kata dia.
Di tengah proses evakuasi ini, TNI AL memastikan bakal menginvestigasi kasus tenggelamnya kapal model U-209 tersebut.
Dalam investigasi ini, TNI AL berencana menggandeng pakar kapal selam dan ahli pembuat kapal selam.
"Kami investigasi tapi juga harus menghadirkan para pakar, bukan para pengamat. Para pakar kapal selam dan para pakar ahli pembuat kapal selam. Jadi itu ya. Bukan hanya pengamat sekadar pengamat," ucap Ali.
Baca juga: TNI AL Enggan Libatkan Pengamat dalam Investigasi KRI Nanggala-402
Di samping itu, Ali menyatakan, sebelum tenggelam di perairan utara Bali, operasional kapal selam buatan Jerman pada 1977 itu masih tergolong layak.
Di mana batas waktu kelayakan operasional KRI Nanggala-402 baru berakhir pada September 2022.
"Jadi dari kelayakan kapal ini dinyatakan layak sampai dengan September 2022. Masih layak," ujar dia.
Baca juga: TNI AL: Batas Waktu Kelayakan KRI Nanggala-402 Berakhir September 2022