Saat itu, Jokowi bertanya kepada Bima soal anggaran yang dibutuhkan untuk mempersiapkan trem di Kota Bogor.
Menurut Bima, Presiden Jokowi sangat concern terhadap tata kota atau satu wilayah. Ia juga mengatakan, Jokowi sangat paham terkait hal tersebut sehingga memberikan berbagai saran kepadanya.
"Itu saja yang dibicarakan. Saran beliau, agar dibuat kajian yang matang," ucapnya.
Baca juga: Ini Reaksi Nadiem Makarim Saat Ditanya Isu Reshuffle Kabinet
Bima sekali lagi membantah ketika kembali ditanya soal isu reshuffle oleh jurnalis Aiman Witjaksono dalam tayangan tersebut.
Bima berpendapat, persoalan mengejar menjadi menteri tidak sama sekali terlintas dalam dirinya.
"Menteri itu enggak boleh dikejar. Orang itu kalau cita-cita jadi menteri, itu enggak pas menurut saya. Kalau Wali Kota bisa dikejar. Beda dong, kalau Wali Kota kita bisa campaign, kita bisa siapkan dana untuk mencari dukungan masyarakat, menawarkan program," kata dia.
"Kalau menteri itu kan dipilih oleh presiden. Kalau kita mau, tapi presidennya enggak mau. Gimana? Kalau presidennya mau, tetapi partai kita enggak merekomendasikan gimana? Kan belum tentu kan," ucap politisi PAN ini.
Baca juga: Apakah Reshuffle Digelar Sebelum atau Sesudah Lebaran? Ini Jawaban Istana
Oleh karena itu, Bima menegaskan bahwa soal perombakan kabinet merupakan hak prerogatif presiden.
Ia juga tak membenarkan bahwa pertemuan tersebut dispekulasikan membahas dirinya akan menjadi menteri kabinet Indonesia Maju.
"Jadi Wali Kota bisa dikejar, jadi gubernur bisa dikejar, tapi jadi menteri, itu adalah hak prerogatif, diskresi dari presiden. Enggak boleh, jadi cita-cita menteri itu, menurut saya," tutur Bima.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.