Meski sudah berusia beberapa dekade, namun KRI Nanggala-402 selama ini terus bertugas dengan baik menyelami laut Indonesia demi menjaga kedaulatan.
Kapal selam kedua milik Indonesia itu dipesan dari pabrikan Howaldtswerke pada 1977 dan mulai bertugas pada 1981.
Proses evakuasi pengangkatan KRI Nanggala sendiri sedang direncanakan guna kepentingan investigasi. Dalam proses investigasi, semua pihak diminta untuk tidak saling menyalahkan.
Baca juga: KSAL Tegaskan Tenggelamnya KRI Nanggala-402 Bukan Human Error
Bukan kesalahan prajurit ataupun pelanggaran prosedur
Pada kesempatan yang sama, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono meyakini, tidak ada kesalahan prajurit atau pelanggaran prosedur dalam penyelaman terakhir KRI Nanggala-402.
Berdasarkan temuan dan data awal, ia menegaskan, semuanya berjalan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).
"Dari kemarin awal saya sampaikan bahwa kapal ini tidak human error. Bukan human error karena saat proses menyelam itu sudah melalui prosedur yang betul," kata Yudo dalam konferensi pers di Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Ngurah Rai, Bali, Minggu (25/4/2021).
Menurutnya, semua isyarat yang diberikan KRI Nanggala-402 sebelum penyelaman sudah melalui prosedur yang benar. Bahkan, lampu masih menyala sebelum kapal akhirnya menyelam.
Baca juga: TNI Yakin Penyebab KRI Nanggala-402 Tenggelam karena Faktor Alam, Bukan Human Error
"Saat menyelam juga diketahui lampu masih menyala semua, artinya tidak blackout. Saat menyelam langsung hilang," ucap Yudo.
Meski demikian, ia mengaku, masih diperlukan investigasi lebih mendalam terkait penyebab KRI Nanggala-402 tenggelam di dasar laut.
"Sebenarnya sudah dievaluasi dari awal, tetapi saya punya keyakinan ini bukan human error namun lebih pada faktor alam," ujar Yudo.
Pentingnya peremajaan alutsista
Keberadaan alutsista kapal selam memang sangat penting bagi suatu negara, khususnya negara dengan wilayah perairan yang luas seperti Indonesia.
Baca juga: Perkuat Pertahanan Nasional, Kemhan Ciptakan Kendaraan Khusus Pusat Komando MCCV
Insiden KRI Nanggala-402 sendiri adalah pengingat pentingnya peremajaan alutsista. Untuk mewujudkan upaya ini tentu membutuhkan kerja sama semua pihak.
Maka dari itu, Indonesia melalui Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto telah mengupayakan kerja sama militer dan pertahanan dengan sejumlah negara, termasuk terkait pengadaan dan modernisasi alutsista.