Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siti Nadia Tarmizi, Ratusan Pertanyaan dan Semangat Pantang Menyerah Kartini

Kompas.com - 26/04/2021, 22:38 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama pandemi Covid-19, keseharian Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sekaligus Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi tak bisa lepas dari ponsel pintarnya.

Tak hanya berkomunikasi dengan sesama pejabat atau koleganya yang menangani pandemi, Nadia mengaku menjadi sangat sering berkomunikasi dengan para jurnalis.

Saat melakukan sesi wawancara dengan Kompas.com pada 20 April 2021, puluhan pesan singkat berisi pertanyaan awak media diterimanya.

Sambil menjalani wawancara, Nadia sesekali meneliti pesan-pesan yang masuk dengan bantuan layar laptopnya.

"Yah seperti ini. Ditinggal sebentar saja (untuk wawancara) sudah banyak pertanyaan masuk," ujar Nadia sambil memeriksa satu-persatu pesan-pesan tersebut.

Baca juga: Penny Lukito, Kepala BPOM Pilihan Jokowi yang Ditemani Keberanian dan Modal Pendidikan

Nadia bercerita, dalam satu hari ada rata-rata sekitar 100-200 pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Namun, Nadia mengaku enjoy menjalani perannya saat ini.

Sebab, selama ini dirinya sudah akrab dengan media.

Nadia menuturkan, sebelum pandemi Covid-19 terjadi, dia memang sudah sering diminta berbicara kepada media.

Terutama saat menjabat sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Ditjen P2P Kemenkes.

"Setiap menjelang akhir tahun hingga tahun baru biasanya kasus demam berdarah (DBD) meningkat. Biasanya saya diminta menjelaskan, kemudian mengisi konferensi pers dan sebagainya," tutur Nadia yang Agustus tahun ini berusia 49 tahun.

Baca juga: Cerita Kartini tentang Tata Krama di Keluarganya yang Ketat dan Cara Menyudahinya

"Tetapi memang harus diakui, saat itu tidak sebanyak saat pandemi ini pertanyannya ya," lanjutnya.

Saat ini, selain menjawab ratusan pertanyaan lewat WhatsApp, Nadia juga tampil di televisi sebagai narasumber pada tayangan berita di pagi hari, siang hari, hingga malam hari. Kemudian, dia juga melayani permintaan wawancara untuk radio nasional dan daerah.

Nadia pun masih tampil di webinar-webinar atau talkshow seputar pandemi serta vaksinasi Covid-19.

"Selain itu, saya tentu masih melakukan tugas saya di Kemenkes yakni sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung," tuturnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi saat dijumpai di Kantornya, Selasa (20/4/2021). KOMPAS.com/Dian Erika Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi saat dijumpai di Kantornya, Selasa (20/4/2021).
Hafal 'jam kerja' wajib media

Sejak pemerintah mengumumkan Nadia sebagai salah satu dari lima Jubir Vaksinasi Covid-19 pada Desember 2020 lalu, Nadia mengaku jadwal Nadia mengakui tidak bisa lepas dari ponsel pintarnya.

Sebab, ponsel pintar itu membantunya menyelesaikan tugas-tugas di Kemenkes maupun sebagai juru bicara vaksinasi.

Mulai dari berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan selaku atasan, Satgas Penanganan Covid-19, kolega yang sama-sama menangani pandemi Covid-19 baik pusat maupun daerah hingga awak media.

Namun, Nadia menyebutkan bahwa saat ini berkomunikasi dengan media mengambil porsi besar dalam kegiatannya sehari-hari.

Baca juga: Albertina Ho yang Enggan Dijuluki Srikandi Hukum Indonesia...

Sambil bercanda, Nadia mengatakan bahwa dia kini sudah hafal jam kerja untuk televisi, radio, media online hingga media cetak.

"Biasanya sejak pukul 05.30 WIB saya standby untuk televisi, sampai pukul 06.30 WIB. Setelah itu standby untuk radio pukul 07.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB," ungkapnya.

"Setelah itu, baru menjawab pertanyaan rekan-rekan media online dan media cetak. Siang, sore hingga malam biasanya standby untuk televisi dan radio lagi," lanjut alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1996 ini.

Nadia kini bahkan menyadari, setiap media memiliki kebutuhan dan karakter berbeda.

Dia mencontohakan, pertanyaan media cetak dan media online harus dijawab tepat waktu karena ada deadline dari redaksi setiap harinya.

Sementara itu, untuk televisi dan radio, ada jam tayang tertentu yang membuatnya harus standby sesuai jadwal.

Membangun karir

Sejak kecil, Nadia telah memiliki cita-cita untuk menjadi dokter.

Dia mengaku terinspirasi dari salah seorang tantenya yang merupakan dokter spesialis anak.

Nadia kagum dengan kerja dokter yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit sekaligus memberikan resep obat untuk membantu penyembuhan.

"Saya pikir hebat sekali dokter. Bisa menyembuhkan penyakit, tahu obatnya apa. Kira-kira bagaimana cara kerjanya ya ?," ujarnya.

Baca juga: Kartini dan Mimpi Ajarkan Kesetaraan ke Anak-anaknya...

"Rasa penasaran itu kemudian mendorong cita-cita saya untuk jadi dokter tidak berubah sejak SD, SMP higga SMA," tuturnya.

Nadia kemudian masuk ke FK UI dan lulus pendidikan dokter pada 1996.

Usai lulus, dia diwajibkan untuk bekerja di fasilitas kesehatan di daerah.

"Saya mengawali di sebuah Puskesmas kecamatan yang berada di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan," kata istri Guru Besar Universitas Indonesia Budi Wiweko ini.

Dari sana, dia mulai akrab dengan persoalan kesehatan masyarakat.

Saat bertugas di kecamatan, dia bertanggungjawab terhadap kesehatan sejumlah desa.

Tak jarang, dia pergi ke desa-desa terpencil untuk memberikan penyuluhan penyakit, menbawa obat-obatan maupun makanan tambahan.

Warga lanjut usia (lansia) saat menerima suntikan vaksin Bio Farma di SDN Grogol Selatan 17 Pagi, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (30/3/2021). Sebanyak 156 warga lansia telah terdaftar untuk menerima vaksin Covid-19 tahap pertama di SDN Grogol Selatan 17 Pagi. Sasaran vaksinasi tahap kedua mencapai lebih dari 38 juta orang, terdiri dari 17,4 juta petugas layanan publik dan 21,5 juta orang lansia.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga lanjut usia (lansia) saat menerima suntikan vaksin Bio Farma di SDN Grogol Selatan 17 Pagi, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (30/3/2021). Sebanyak 156 warga lansia telah terdaftar untuk menerima vaksin Covid-19 tahap pertama di SDN Grogol Selatan 17 Pagi. Sasaran vaksinasi tahap kedua mencapai lebih dari 38 juta orang, terdiri dari 17,4 juta petugas layanan publik dan 21,5 juta orang lansia.
"Saya juga senang jika pergi ke sekolah-sekolah sambil membawa obat cacing dan mengawasi anak-anak untuk minum obat tersebut," ungkapnya.

"Selain itu kami harus siaga 24 jam untuk melayani masyarakat yang sakit atau ibu yang akan melahirkan saat malam hari," lanjut ibu lima anak ini.

Karena kebijakan Dinas Kesehatan setempat saat itu, Nadia harus berpindah tiga Puskesmas selama tiga tahun.

Meski demikian, dirinya justru mengaku menemukan passion tersendiri dari pekerjaannya. Nadia menyadari bahwa memberikan edukasi dan berhadapan dengan masyarakat sangat dia sukai.

Baca juga: Pantang Pulang Sebelum Padam ala Irma Hidayana, Inisiator Platform LaporCovid-19

Bekerja di Puskesmas dan menangani anak-anak, ibu hamil hingga lansia juga memberikan kesan yang mendalam.

Nadia mengenang, orangtua akan sangat bahagia apabila dokter bisa menyembuhkan anak mereka yang sakit panas.

Saat bekerja di Puskesmas itulah dia sempat masuk menjadi nominasi dokter teladan.

Prestasi sebagai nominasi dokter teladan itu akhirnya membantunya lolos CPNS Kabupaten Ogan Komering Ilir.

"Lima tahun saya di Puskesmas, kemudian membantu merangkap di Dinas Kesehatan Kabupaten karena memang saat itu personelnya tidak banyak ya," katanya.

Setelah itu, Nadia pindah ke Jakarta karena mengikuti suami yang menempuh pendidikan di Ibu Kota.

Saat itu pekerjaannya ikut berpindah ke Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes.

Di Kemenkes, selain menangani persoalan kesehatan, tugas-tugas surat menyurat dan administrasi juga dia kerjakan.

Meski jauh dari bidang keilmuannya, Nadia mengaku senang karena mendapat banyak pengetahuan baru.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020). KOMPAS.com/Dian Erika Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).
"Saya mulai dari staf, lalu menjadi kepala seksi untuk sejumlah penyakit, baik TBC, malaria, HIV, Direktur Penyakit Menular Vektor dan Zoonotik, lalu sampai saat ini sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung," jelasnya.

Nadia mengaku sejak bertugas di Kemenkes itulah dia tidak membuka praktik.

Pertimbangannya selain ingin lebih fokus, saat itu dia memprioritaskan keluarga.

Baca juga: Dilema Kartini, Perempuan yang Menuntut Pendidikan Setara dan Pentingnya Peran Ibu

Sebagai seorang tenaga kesehatan, Nadia mengaku tidak menjadi soal jika ada banyak sekali yang bertanya perihal penyakit kepadanya.

"Tugas kita membantu masyarakat dan teman-teman media agar dapat memberikan penjelasan yang mudah dipahami," katanya.

"Yang membuat kuta puas kalau kemudian apa yang kita sampaikan itu bisa dipahami masyarakat lalu bisa mengatasi persoalan kesehatan," tegas Nadia.

Semangat Kartini

Sama halnya dengan perempuan karier lainnya, Nadia juga harus berjibaku membagi waku untuk keluarga dan pekerjaan selama pandemi Covid-19.

Di tengah-tengah kesibukan menjawab berbagai pertanyaan media, Nadia juga selalu memantau kegiatan belajar anak-anaknya.

Bahkan untuk anak bungsunya yang masih duduk di bangku SD, Nadia aktif memantau tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan sehari-hari.

Baca juga: Profil Brigjen Ida Oetari, Perwira Perempuan yang Ditunjuk Kapolri Jadi Wakapolda Kalteng

Menurut Nadia, peran perempuan masa kini banyak dimudahkan oleh teknologi.

Pandemi Covid-19 juga membuat perempuan untuk bisa memaksimalkan penggunaan teknologi.

Nadia mengapresiasi perempuan Indonesia yang semakin kreatif di masa pandemi ini.

"Ada yang membuat kerajinan, memasak, dan sebagainya dan dijual secara online. Yang demikian itu ikut membantu menopang ekonomi keluarga," ungkapnya.

"Selain itu, mereka juga mengakses informasi untuk mengedukasi anggota keluarganya agar tidak terpapar Covid-19. Minimal, tidak terjadi klaster di keluarganya," lanjut Nadia.

Dirinya mengakui, peran perempuan di masa pandemi jauh lebih berat.

"Tapi tanpa kita pernah bayangkan, perempuan masa kini justru bisa melakukannya. Dibantu teknologi, semua tugas-tugas perempuan bisa lebih mudah dielesaikan," katanya.

Baca juga: Rika Andiarti, Penerus Semangat Kartini yang Bergelut di Dunia Penerbangan dan Antariksa

Nadia menuturkan, perempuan Indonesia masa kini sudah bisa menjadi Kartini di era modern.

Dia menyebutkan, semangat keteladanan RA Kartini yang pantang menyerah mengupayakan perubahan kini makin banyak diteladani perempuan Indonesia.

"Ibu Kartini terus berjuang mendorong perubahan. Juga mendorong perempuan-perempuan lain untuk maju," tuturnya.

"Ibu Kartini juga meyakini bahwa meski cita-cintanya menemui halangan, dia tetap yakin perubahan ke arah yang lebih baik akan terjadi," kata Nadia.

Keteladanan seperti itulah yang ingin dia tekankan di masa pandemi ini.

Bahwa perempuan Indonesia harus tetap belajar, bekerja, berkarya dan mengembangkan keterampilannya.

"Mari kita ikut mendorong perubahan ke arah yang lebih baik," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

Nasional
MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

Nasional
Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

Nasional
Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

Nasional
Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Nasional
Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | 'Dissenting Opinion' Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | "Dissenting Opinion" Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

Nasional
Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com