"Saya mulai dari staf, lalu menjadi kepala seksi untuk sejumlah penyakit, baik TBC, malaria, HIV, Direktur Penyakit Menular Vektor dan Zoonotik, lalu sampai saat ini sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung," jelasnya.
Nadia mengaku sejak bertugas di Kemenkes itulah dia tidak membuka praktik.
Pertimbangannya selain ingin lebih fokus, saat itu dia memprioritaskan keluarga.
Baca juga: Dilema Kartini, Perempuan yang Menuntut Pendidikan Setara dan Pentingnya Peran Ibu
Sebagai seorang tenaga kesehatan, Nadia mengaku tidak menjadi soal jika ada banyak sekali yang bertanya perihal penyakit kepadanya.
"Tugas kita membantu masyarakat dan teman-teman media agar dapat memberikan penjelasan yang mudah dipahami," katanya.
"Yang membuat kuta puas kalau kemudian apa yang kita sampaikan itu bisa dipahami masyarakat lalu bisa mengatasi persoalan kesehatan," tegas Nadia.
Sama halnya dengan perempuan karier lainnya, Nadia juga harus berjibaku membagi waku untuk keluarga dan pekerjaan selama pandemi Covid-19.
Di tengah-tengah kesibukan menjawab berbagai pertanyaan media, Nadia juga selalu memantau kegiatan belajar anak-anaknya.
Bahkan untuk anak bungsunya yang masih duduk di bangku SD, Nadia aktif memantau tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan sehari-hari.
Baca juga: Profil Brigjen Ida Oetari, Perwira Perempuan yang Ditunjuk Kapolri Jadi Wakapolda Kalteng
Menurut Nadia, peran perempuan masa kini banyak dimudahkan oleh teknologi.
Pandemi Covid-19 juga membuat perempuan untuk bisa memaksimalkan penggunaan teknologi.
Nadia mengapresiasi perempuan Indonesia yang semakin kreatif di masa pandemi ini.
"Ada yang membuat kerajinan, memasak, dan sebagainya dan dijual secara online. Yang demikian itu ikut membantu menopang ekonomi keluarga," ungkapnya.