Dalam surat yang ditulis pada 18 Agustus 1899 itu, Kartini lantas bercerita tentang seorang berkebangsaan Belanda yang datang untuk berkenalan dengannya dan dua saudarinya.
Setelah melihat penampilan Kartini dan saudarinya itu, orang Belanda tersebut berbisik ke ayah Kartini.
"Bupati, saya membayangkan pakaian putri-putri begitu gemerlapan, keindahan ketimuran yang luar biasa. Tapi anak-anak Tuan sederhana sekali," tulis Kartini menirukan kalimat orang Belanda itu.
Baca juga: Penny Lukito, Kepala BPOM Pilihan Jokowi yang Ditemani Keberanian dan Modal Pendidikan
Kartini merasa senang saling bersurat dengan Stella.
Hal itu dikarenakan Stella menganggapnya sebagai perempuan biasa yang sama-sama keras menyerukan kebebasan.
Dengan demikian, dalam setiap balasan surat Stella jarang sekali gelar bangsawan yang ditujukannya padanya muncul.
"Harapan saya selalu, agar kamu senantiasa memanggil nama saya dan tetap berengkau-kamu kepada saya. Lihat sajalah, betapa baiknya saya mengikuti contohmu," kata Kartini.
Baca juga: Pantang Pulang Sebelum Padam ala Irma Hidayana, Inisiator Platform LaporCovid-19
Sikap Kartini yang tak senang dengan gelar kebangsawanan pun membuat sastrawan Pramoedya Ananta Toer terinspirasi untuk menjadikannya judul dalam biografi yang ditulisnya untuk pejuang emansipasi perempuan itu.
Pram menulis judul: "Panggil Aku Kartini Saja..."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.