Selain itu, masih jamak anggapan—bahkan dari para polwan itu sendiri—bahwa polwan hanya menjadi “pemanis” atau “pajangan” saja.
“Satu hal yang harus dihilangkan untuk polwan Indonesia adalah melihat perempuan seperti pajangan. Konsep seperti ini yang polwan Indonesia harus tahu bahwa dia tidak hanya diliat dari luarnya saja,” ucapnya.
Baca juga: Kisah Polwan Anak Tukang Sayur, Dulu Diremehkan, Kini Jadi Kasat Narkoba
Isu pemberdayaan perempuan terus menjadi perhatian utama Ida hingga mengemban jabatan Wakil Kepala Polisi Daerah (Wakapolda) Kalimantan Tengah.
Penugasannya sebagai Wakapolda Kalteng diteken oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo lewat sebuah surat telegram tanggal 18 Februari 2021.
Sebelumnya, perempuan kelahiran Probolinggo tahun 1964 itu, menjabat sebagai Analis Kebijakan Utama bidang Gadikwa Lemdiklat Polri.
Ida memimpin Polda Kalteng bersama Kapolda Inspektur Jenderal Dedi Prasetyo. Saat ini, ada empat isu pokok di Kalteng, yaitu soal penyebaran Covid-19, kebakaran hutan dan lahan, pertambangan ilegal, dan penebangan ilegal.
Ida mengatakan, sebisa mungkin selalu melibatkan polwan dalam berbagai kegiatan. Ia dan Kapolda pun berupaya memberikan kesempatan yang sama bagi para polwan dalam berkarier.
“Pak Kapolda punya perspektif gender yang bagus,” ujar Ida sambil mengacungkan kedua jempol.
Baca juga: Panggil Aku Kartini Saja, Potret Kekaguman Pramoedya...
Meskipun jumlah polwan di Kalimantan Tengah masih sedikit, saat ini ada beberapa jabatan kepala polsek di Kalimantan Tengah yang diisi oleh polwan.
Menurut Ida, kehadiran polwan di tingkat pembuat kebijakan harus terus didorong.
Ida ingin banyak polwan yang mengikuti Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim) Lemdiklat Polri untuk meningkatkan mutu SDM di Kalimantan Tengah.
“Kapolsek (polwan) kita ada beberapa di sini. Padahal tempatnya lumayan jauh, perjuangannya cukup banyak,” tuturnya.
"Katak dalam tempurung"
Setelah lulus dari Sespim Lemdiklat Polri, Ida melanjutkan pendidikan ke Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI. Kemudian, ia menempuh pendidikan sarjana di Lembaga Administrasi Negara (LAN).
Ia meraih gelar sarjana kebijakan publik di sana dan melanjutkan studi di bidang yang sama hingga jenjang magister di Universitas Indonesia (UI).