Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Panggil Aku Kartini Saja", Potret Kekaguman Pramoedya...

Kompas.com - 21/04/2021, 10:52 WIB
Kristian Erdianto,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Mengagumi Multatuli

Ketokohan Kartini selalu diidentikan dengan emansipasi. Kesempatan yang sama, setara antara laki-laki dan perempuan.

Namun, Pramoedya melihat Kartini lebih dari itu, tak hanya soal perjuangan emansipasi.

Dikutip dari arsip Harian Kompas, Minggu 24 Desember 2000, F Ria Susanti menulis bahwa Pramoedya telah menyodorkan bukti Kartini merupakan pejuang nasionalisme, pendukung egalitarian dan pendobrak feodalisme.

Baca juga: Mengenal Sepak Terjang Multatuli, Sosok yang Menginspirasi RA Kartini

Menurut penelitian Pram, salah satu buku yang memengaruhi Kartini yakni Max Havelaar karya Multatuli alias Eduard Douwes Dekker.

Buku ini menceritakan pelaksanaan tanam paksa di Hindia Belanda. Penderitaan rakyat akibat tanam paksa dikisahkan Multatuli dalam tokoh Saija dan Adinda menguras emosi Kartini.

Kondisi yang digambarkan Multatuli itu tidak jauh beda dari situasi masyarakat pribumi Jepara saat itu.

Rakyat dimiskinkan oleh kerakusan penguasa Belanda dan kaum feodal pribumi yang menjilat penjajah.

Kartini terpukau dengan pandangan Multatuli, bahwa tugas manusia adalah menjadi manusia.

Baca juga: Kontroversi Penyebutan Gelar Kartini, Raden Ajeng atau Raden Ayu?

Kemudian, Kartini menolak ikatan apa saja yang mencoba menjauhkannya dari tugas manusia.
Budaya feodal ia lihat sebagai kendala untuk menjadi manusia.

Terkait feodalisme, Kartini bercerita melalui surat kepada sahabatnya, Stella Zeehandelaar, tanggal 18 Agustus 1899.

Duh, kau akan menggigil, kalau ada di tengah keluarga pribumi yang terkemuka. Bicara dengan atasan haruslah sedemikian pelannya, hanya orang di dekatnya saja bisa dengar. Kalau seorang wanita muda tertawa o-heo, tak boleh dia buka mulutnya.

Dalam wawancara yang diterbitkan majalah Playboy Indonesia edisi April 2006, Pram mengatakan, seharusnya buku Panggil Aku Kartini Saja terdiri atas empat jilid.

Dua jilid sempat diterbitkan, sedangkan yang lainnya dirampas militer pada era Orde Baru.
Ia mengaku karyanya itu hasil studi lapangan dan menemui saudara-saudaranya Kartini.

Bahkan, Pram memiliki buku keluarga Kartini yang ditulis dalam bahasa Jawa.

"Kartini itu luar biasa. Mendirikan sekolah dengan tenaga sendiri. Dia satu-satunya perempuan dengan pendidikan barat, waktu itu," kata Pram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com