Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Pertemuan "Ngopi-ngopi" AHY dan Moeldoko, Akankah Terealisasi?

Kompas.com - 09/04/2021, 07:26 WIB
Tatang Guritno,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

AHY juga menyoroti alasan Moeldoko terlibat dalam upaya pengambilalihan Demokrat yang berubah-ubah. Ia menyebut narasi yang dilontarkan Moeldoko tidak didasarkan pada nalar.

"Karena sejak awal bergeser-geser narasinya. Sangat sulit dinalar, jadi di luar akal sehat dan mudah dipatahkan," ungkap AHY.

Baca juga: Jawaban AHY Saat Ditanya soal Kemungkinan Maju pada Pilpres 2024

Moeldoko memang sempat mengungkapkan beberapa alasan dirinya menerima jabatan ketua umum saat KLB di Deli Serdang, Sumatera Utara.

Moeldoko mengatakan, ia dipilih untuk menyelesaikan kekisruhan di Partai Demokrat. Mantan Panglima TNI itu juga menyebut ada pergeseran ideologi partai.

Maka, ia mengambil keputusan menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB untuk menyelamatkan partai dan demokrasi di Indonesia.

Secara terpisah, Juru bicara KLB, Muhammad Rahmad menilai, silaturahmi antara AHY dan Moeldoko dapat menjadi satu momen yang baik, apalagi mendekati Ramadhan.

“Pertemuan dua tokoh yang saling berseteru apalagi jelang Ramadhan itu baik dan bagus,” kata Rahmad pada Kompas.com, Kamis (8/4/2021).

Silaturahmi jangan timbulkan misteri

Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, berpendapat, pertemuan antara AHY dan Moeldoko bisa saja terjadi. Sebab, ia mengatakan, dalam politik tidak ada kawan dan lawan sejati.

Namun ia berharap, masyarakat dapat mengetahui secara jelas isi pembahasan dalam pertemuan itu, jika nantinya terealisasi.

“Menurut saya, silakan silaturahim. Tapi dalam silaturahim itu (informasi) harus disampaikan terang benderang, agar tidak menimbulkan misteri di masyarakat tentang sebenarnya ada perpecahan atau ini sekedar sebuah drama,” jelas Hendri.

Baca juga: AHY dan Moeldoko Dinilai Bisa Dapat Sentimen Negatif Publik

Hendri juga meminta AHY dan Moeldoko untuk berhati-hati dalam menentukan langkah politiknya.

Sebab jika pertemuan keduanya terjadi, maka dapat menimbulkan potensi sentimen negatif dari masyarakat. Terlebih saat ini konflik kedua kubu masih berlangsung.

“Katanya sudah ada (laporan) di pengadilan, lalu (ada ajakan) ngopi-ngopi, masyarakat akan bertanya-tanya secara politik ada apa ini sebenarnya,” tutur Hendri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com