Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPT Sebut Perempuan Cenderung Lebih Cepat Terpapar Paham Ekstremisme

Kompas.com - 07/04/2021, 21:20 WIB
Sania Mashabi,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ahmad Nurwakhid berpendapat, perempuan cenderung lebih cepat terpapar paham ekstremisme.

Pendapat itu berdasarkan pengalaman Nurwakhid selama 30 tahun di kepolisan dan menangani isu terorisme.

"Kecenderungan perempuan lebih cepat untuk dipapar radikal dan kecenderungan lebih sulit untuk dideradikalisasi," kata Nurwakhid, dalam diskusi daring bertajuk Perlindungan Perempuan dari Paham Terorisme dan Ekstremisme, Rabu (7/4/2021).

Baca juga: Menilik Keterlibatan Perempuan dalam Pusaran Terorisme


Ia mencontohkan pelaku penyerangan di Mabes Polri, Jakarta beberapa waktu lalu. Nurwakhid menduga, perempuan berinisial ZA itu bisa saja didoktrin beberapa jam sebelum beraksi.

"Sebelumnya dia sudah militan, dengan dia sudah terdoktrin, kondisi mental dan psikologisnya sudah di bawah sadar, seperti orang kena hipnotis," ujar Nurwakhid.

"Bahkan dengan satu, dua dalil saja, atau mungkin dengan sedikit doktrin nah itu sudah bisa melakukan aksi," tutur dia.

Baca juga: Menurut BNPT, Ini Alasan Kelompok Teroris Kerap Rekrut Perempuan

Selain itu, Nurwakhid menuturkan, kelompok teroris kerap melibatkan atau merekrut perempuan karena dinilai peka dan lebih perasa. Menurutnya, perempuan cenderung memiliki sikap militan dan patuh pada pemimpin.

"Biasanya perempuan totalitas kalau sudah berbuat atau melakukan tindakan itu (terorisme)," kata Nurwakhid dalam diskusi daring, Rabu (7/4/2021).

Ia mengungkapkan, sifat perasa, totalitas dan patuh pada pimpinan ini membuat perempuan lebih mudah untuk dipengaruhi.

Kemudian, kelompok teroris menganggap aparat keamanan lalai atau abai dengan perempuan karena kecenderungan menjaga sikap, terutama terhadap perempuan berhijab.

Terkait kasus penyerangan di Mabes Polri, Nurwakhid menduga pemeriksaan aparat di pos penjagaan tidak terlalu ketat ketika pelaku hendak masuk ke area Mabes Polri.

"Karena memang screening akan lebih ketat kalau (terhadap) laki-laki. Tapi kalau perempuan ada sikap enggan, sungkan, enggak enak dan sebagainya," ujarnya.

Baca juga: Kementerian PPPA: Perempuan Rentan Terlibat dalam Terorisme

Alasan lainnya, kata Nurwakhid, kelompok teroris berharap perempuan dapat meneruskan atau menyebarkan paham ekstremisme yang dianut kepada generasi penerus.

Sebab, Nurwakhid menuturkan, salah satu tujuan dari kelompok teroris adalah mendirikan negara berbasis ideologi khilafah.

"Sehingga perempuan ini diharapkan memiliki potensi untuk regenerasi baik di dalam rekrutmen, memengaruhi anak, keluarga atau pun lingkungannya," ucap Nurwakhid.

Pada akhir Maret lalu, terjadi dua peristiwa teror di Indonesia. Pelaku berinisial L berusia 26 tahun dan istrinya, YSR, melakukan teror bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021) pagi.

Baca juga: Kapolri Ungkap Kronologi Penyerangan di Mabes Polri

Kemudian, perempuan berinisial ZA menjadi pelaku penyerangan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3/2021). ZA diketahui berusia 25 tahun.

Pelaku bom bunuh diri di Makassar diduga merupakan jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi ke Negara Islam di Irak dan Suriah atau Islamis State of Iraq and Suriah (ISIS).

Sementara, pelaku teror di Mabes Polri diduga pendukung ISIS. Dugaan itu berasal dari hasil pendalaman polisi yang menemukan unggahan bendera ISIS di akun Instagram milik pelaku.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Nasional
Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Nasional
Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Nasional
KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com