JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ahmad Nurwakhid mengatakan, kelompok teroris kerap melibatkan atau merekrut perempuan karena dinilai peka dan lebih perasa.
Selain itu, kata Nurwakhid, perempuan cenderung memiliki sikap militan dan patuh pada pemimpin.
"Biasanya perempuan totalitas kalau sudah berbuat atau melakukan tindakan itu (terorisme)," kata Nurwakhid dalam diskusi daring, Rabu (7/4/2021).
Baca juga: Menilik Keterlibatan Perempuan dalam Pusaran Terorisme
Menurut Nurwakhid, sifat perasa, totalitas dan patuh pada pimpinan ini membuat perempuan lebih mudah untuk dipengaruhi.
Kemudian, kelompok teroris menganggap aparat keamanan lalai atau abai dengan perempuan karena kecenderungan menjaga sikap, terutama terhadap perempuan berhijab.
Nurwakhid mencontohkan kasus penyerangan di Mabes Polri, Jakarta pada akhir Maret.
Ia menduga pemeriksaan aparat di pos penjagaan tidak terlalu ketat ketika pelaku hendak masuk ke area Mabes Polri.
"Karena memang screening akan lebih ketat kalau (terhadap) laki-laki. Tapi kalau perempuan ada sikap enggan, sungkan, enggak enak dan sebagainya," ujarnya.
Baca juga: Kementerian PPPA: Perempuan Rentan Terlibat dalam Terorisme
Alasan lainnya, kata Nurwakhid, kelompok teroris berharap perempuan dapat meneruskan atau menyebarkan paham ekstremisme yang dianut kepada generasi penerus.
Sebab, Nurwakhid menuturkan, salah satu tujuan dari kelompok teroris adalah mendirikan negara berbasis ideologi khilafah.
"Sehingga perempuan ini diharapkan memiliki potensi untuk regenerasi baik di dalam rekrutmen, memengaruhi anak, keluarga atau pun lingkungannya," ucap Nurwakhid.
Pada akhir Maret lalu, terjadi dua peristiwa teror di Indonesia.
Pelaku berinisial L berusia 26 tahun dan istrinya, YSR, melakukan teror bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021) pagi.
Baca juga: Kapolri Ungkap Kronologi Penyerangan di Mabes Polri
Kemudian, perempuan berinisial ZA menjadi pelaku penyerangan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3/2021). ZA diketahui berusia 25 tahun.
Pelaku bom bunuh diri di Makassar diduga merupakan jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi ke Negara Islam di Irak dan Suriah atau Islamis State of Iraq and Suriah (ISIS).
Sementara, pelaku teror di Mabes Polri diduga pendukung ISIS. Dugaan itu berasal dari hasil pendalaman polisi yang menemukan unggahan bendera ISIS di akun Instagram milik pelaku.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.