Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
A Kurniawan Ulung
Dosen

Dosen program studi Hubungan Internasional di Universitas Satya Negara Indonesia

Teror Bom di Geraja dan Perlunya Aksi Bina Damai Bersama

Kompas.com - 06/04/2021, 21:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pertama, pemerintah sebaiknya segera melakukan pendekatan kekeluargaan kepada anggota keluarga dari dua pelaku bom bunuh diri yang tewas di gereja Katedral Hati Kudus Yesus, Makassar. Tujuannya ialah mencegah mereka jatuh ke dalam pengaruh kelompok teror.

Banyak orang mungkin belum tahu bahwa setelah pelaku teror ditangkap atau tewas, banyak anggota keluarga yang ditinggalkannya menghadapi masalah finansial. Ketika hidup mereka berantakan, kelompok teror hadir dan kemudian memberikan bantuan.

Bantuan tersebut menimbulkan simpati, dan berpotensi mempengaruhi anggota keluarga pelaku teror menjadi pengikut baru.

Perlu diingat bahwa ekstremisme yang mengarah pada terorisme dipicu oleh kekecewaan sekelompok individu terhadap pemerintah dan aparat, dan mereka kemudian memosisikan diri sebagai korban.

Walaupun pelaku teror telah tewas, rasa kecewa tersebut bisa menjalar ke anggota keluarga yang ditinggalkan dan mereka kemudian bisa menjadi teroris baru. Oleh karena itu, pemerintah perlu merangkul mereka terlebih dahulu sebelum kelompok teror mempengaruhi dan kemudian merekrut mereka.

Upaya pencegahan dini yang kuat dari pihak keamanan merupakan salah satu faktor utama yang bisa mencegah dan membuat orang berhenti menjadi ekstremis atau teroris, menurut Ihsan Ali-Fauzi, direktur Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD), Yayasan Paramadina, di dalam bukunya, “Keluar dari Ekstremisme: Delapan Kisah Hijrah dari Kekerasan Menuju Binadamai”.

Kedua, pemerintah perlu segera membuat aksi bina damai yang melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan aktor non-negara, seperti akademisi, aktivis dan tokoh agama.

Merangkul berbagai elemen masyarakat dalam aksi pencegahan dan deteksi dini merupakan poin utama dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.

Langkah pertama yang pemerintah perlu ambil ialah segera mendirikan Sekretariat Bersama untuk meningkatkan koordinasi dan menjalin kerja sama antara BNPT dan aktor non-negara, termasuk ahli-ahli IT terbaik di negeri ini.

Mereka perlu digandeng untuk membuat aplikasi anti-terorisme yang mampu memfasilitasi masyarakat membuat laporan secara langsung kepada BNPT apabila mereka melihat terduga teroris atau individu yang diduga terpapar paham ekstrem yang mengarah pada terorisme.

Perlu diketahui bahwa masyarakat memiliki nilai-nilai sosial berbasis kultural yang bisa mendeteksi ekstremisme yang mengarah pada terorisme.

Orang Jawa, misalnya, masih menjalankan tradisi pager mangkok yang artinya saling berbagi, peduli, dan menjaga di antara orang-orang yang hidup bersama di suatu lingkungan.

Dalam tradisi pager mangkok, mereka menjalin kedekatan sosial dengan tetangga dengan saling mengirim hantaran makanan sehingga mereka bisa mengenal baik satu sama lain. Oleh karena itu, apabila ada sesuatu yang janggal atau mencurigakan, mereka bisa cepat merasakannya.

Aktor non-negara lain yang juga perlu digandeng ialah komunitas seperti Pendidikan Damai Indonesia (PANDAI) dan lembaga swadaya masyarakat seperti Peace Generation Indonesia (Peacegen) karena mereka berpengalaman memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan nilai kerukunan, toleransi, dan nasionalisme.

Di Sekretariat Bersama, BNPT dan berbagai aktor non-negara juga perlu segera merumuskan kurikulum bina damai dalam pendidikan agama di semua level pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga pendidikan tinggi.

Kurikulum tersebut penting untuk membentengi generasi muda dari paham radikalisme.

Pemerintah juga perlu meningkatkan kerja sama dengan pekerja media untuk menggemakan narasi deradikalisasi agar semakin banyak orang memahami maknanya.

Sudah cukup banyak liputan media mengenai radikalisasi, seperti proses individu mengadopsi pandangan politik dan agama yang ekstrem, menjadi teroris, hingga berani menjadi “pengantin” bom bunuh diri. Akan tetapi, tidak banyak liputan mengenai deradikalisasi, seperti transformasi individu dari seorang narapidana terorisme menjadi pejuang perdamaian.

Liputan mengenai deradikalisasi penting karena pengalaman “hijrah” mantan teroris, misalnya, bisa membuat kampanye anti-terorisme lebih efektif, mengubah sudut pandang pelaku teror dan mencegah orang terpengaruh oleh bujuk rayu kelompok teror.

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Nasional
Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com