"Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta
- Chairil Anwar
DANIEL Dhakidae adalah sosok multi dimensi. Kepergiannya adalah kehilangan besar untuk Prisma, LP3ES, karena dia adalah pemred selama berpuluh tahun.
Pada majalah Prisma edisi tahun 1978 yang baru saya buka kemarin pagi, dia telah bertindak sebagai pemred.
Dalam volume berjudul "Etos Kerja Bangsa Kita" itu, bahkan foto filsuf Franz Magnis Suseno, pendekar hukum Satjipto Rahardjo, dan jurnalis legenda Mochtar Lubis yang jadi kontributor artikel masih tampak muda dan imut.
Kita tahu dua nama terakhir telah lama pergi mendahului kita. Tak diragukan lagi Bang Daniel adalah legenda lainnya.
Kepergiannya adalah kehilangan besar untuk Kompas. Daniel adalah mantan ketua Litbang Kompas selama berpuluh tahun dan ketua Dewan Ombudsman di harian tertua di Indonesia ini.
Baca juga: OBITUARI: Daniel Dhakidae, Cendekiawan Flores dengan Karya Besar di Studi Kekuasaan
Ia ikut membesarkan Kompas sebagai salah satu harian dengan kualitas jurnalisme terbaik di negeri ini. Pada masanya harian ini dibaca oleh setengah juta lebih pembaca menjadikannya sebagai salah satu harian paling berpengaruh di negeri ini.
Daniel Dhakidae adalah salah satu sosok yang memiliki peran penting di balik kebesaran harian ini.
Kepulangannya adalah kehilangan besar bagi para akademisi dalam bidang media dan demokrasi.
Karya disertasinya yang berjudul: "The State, the Rise of Capital and the Fall of Political Journalism" yang dipertahankan di Cornell University adalah salah satu magnum opus dalam bidang ini.
Saya menghafalnya di luar kepala sebagai salah satu inspirasi utama disertasi saya. Disertasi ini merefleksikan tak hanya kecendekiaan namun juga kerja keras dan keberanian.
Baca juga: Daniel Dhakidae Tutup Usia, Kehilangan Besar untuk Studi Media dan Demokrasi