Penyebab keterlambatan ini adalah transportasi kereta api di pantai utara Jawa di masa penjajahan Belanda hanya berhenti di stasiun, pabrik gula, dan kantor pemerintah penjajah Belanda. Jadi tidak ada kereta api yang berhenti di dekat pesantren.
Suatu saat, seorang santri asal Pekalongan yang terlambat pulang dari masa liburannya ke pesantren menghadap Kiai Muhammad Said. Ketika ditanya alasan kenapa datang terlambat sampai di pesantren, santri dari Pekalongan itu mengemukakan kereta api yang ditumpangi tidak berhenti di dekat pesantren, tapi di jauh di kota (Cirebon).
Kiai Muhammad Said menyuruh santri itu untuk minta kepada para penguasa kereta api (pemerintah kolonial Belanda) di Cirebon agar kereta api bisa berhenti di dekat pesantren.
Permintaan itu ditolak oleh para penguasa kereta api. Tiga kali permintaan diajukan dan tiga kali permintaan Kiai Muhammad Said ditolak Belanda.
“Ya sudah, kalau begitu kita tidak usah memohon atau minta izin dari Belanda. Saya minta izin langsung kepada Allah SWT. Dia yang Maha Merestui,” ujar Kiai Muhammad Said kepada santrinya.
Suatu pagi, suasana Pesantren Gedongan riuh sekali. Para santri asal Batavia (Jakarta) dan beberapa kota di Jawa Tengah dan Timur nampak berjalan dari perlintasan kereta api dengan diiringi para opsir Belanda menuju ke pesantren.
“Ada apa ikut-ikut ke sini,” tanya Kiai Muhammad Said kepada salah seorang opsir Belanda.
“Saya mau protes Kiai. Mengapa dua rangkaian kereta api kami jurusan Surabaya - Batavia (Jakarta) dan sebaliknya tiba-tiba mogok bersamaan di belakang pesantren. Terjadi kerusakan mesin,” kata sang opsir Belanda kepada Kiai Muhammad Said.
“Itu bukan rusak, tapi berhenti sebentar untuk menurunkan para santri. Cepat sana kalian kembali ke kereta api, nanti ketinggalan kereta," jawab Kiai Muhammad Said kepada sang opsir.
Bersamaan dengan ucapan Kiai Muhammad Said, tiba-tiba terdengar suara pluit kereta api yang membuat para opsir Belanda terbirit-birit kembali ke kereta api diiringi tawa terbahak-bahak para santri. Lucu.
Kisah sejarah ini saya ambil dari buku Meneguhkan Islam Nusantara - Biografi Pemikiran & Kiprah Kebangsaan Prof Dr KH Said Aqil Siroj, MA yang ditulisA Musthofa Haroen yang terbit pada 2015.
Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia Maret 2020 lalu, terjadi pergantian direktur utama baru, komisaris utama baru, dan logo PT KAI.
Berbarengan dengan ini pula terjadi penurunan pemasukan uang bagi BUMN ini. Komut baru hadir setelah terjadi perubahan logo, pergantian dirut, penurunan dratis penumpang dan pemasukan uang.
Kehadiran Komut baru diharapkan membawa perubahan positif. Paling tidak jangan sampai kereta api menjadi sumber penularan virus Corona. Lebih penting lagi, berlangsung pengawasan ketat terhadap para teroris bom bunuh diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.